Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: Antara/Rivan Awal Lingga.
Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: Antara/Rivan Awal Lingga.

Pertumbuhan Ekonomi Dikerek ADB, Rupiah Malah Ketikung Dolar AS Pagi-pagi

Husen Miftahudin • 15 Desember 2023 09:50
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan signifikan, di tengah menterengnya proyeksi Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Pasifik.
 
Mengutip data Bloomberg, Jumat, 15 Desember 2023, rupiah hingga pukul 9.30 WIB berada di level Rp15.522 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 20 poin atau setara 0,13 persen dari Rp15.502 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.504 per USD, turun 10 poin atau setara 0,06 persen dari Rp15.494 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meski demikian rupiah kemungkinan besar akan mengalami penguatan.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.470 per USD hingga Rp15.710 per USD," ujar Ibrahim.
 
Baca juga: Dua Faktor Ini Bikin Harga Emas Dunia Kian Berkilau
 

Proyeksi ekonomi dari ADB

 
Sebelumnya ADB menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada Asian Development Outlook (ADO) Desember 2023 untuk negara-negara berkembang di Asia dan Pasifik menjadi 4,9 persen untuk tahun ini dari perkiraan 4,7 persen pada September 2023.
 
Kenaikan pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh permintaan domestik yang kuat sehingga mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi dari perkiraan di Tiongkok dan India. Negara-negara berkembang di Asia terus tumbuh dengan pesat, meskipun kondisi global sedang penuh tantangan.
 
Inflasi di negara-negara berkembang Asia-Pasifik juga secara bertahap mulai terkendali. Namun, risiko masih tetap ada, mulai dari kenaikan suku bunga global hingga risiko iklim seperti El Nino.
 
"Untuk itu, pemerintahan di Asia dan Pasifik perlu tetap waspada untuk memastikan perekonomian domestik tetap berdaya tahan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," tulis laporan ADB tersebut.
 
Adapun ADB memperkirakan ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 5,2 persen pada tahun ini, meningkat dari prediksi sebelumnya yang sebesar 4,9 persen, setelah konsumsi rumah tangga dan investasi publik mendorong pertumbuhan pada kuartal ketiga.
 
Sementara untuk Indonesia, ADB mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini sebesar 5,0 persen, dengan perkiraan inflasi yang juga dipertahankan sebesar 3,6 persen. Dari sisi inflasi, prospek inflasi negara-negara berkembang di Asia-Pasifik untuk tahun ini telah diturunkan menjadi 3,5 persen dari proyeksi sebelumnya sebesar 3,6 persen.
 
"Untuk tahun depan, inflasi diperkirakan meningkat menjadi 3,6 persen dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 3,5 persen," tutup ADB.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan