Menurutnya, meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terkoreksi, kinerjanya masih terjaga. Secara year to date (ytd) atau dari awal tahun IHSG positif 0,93 persen kemudian dalam enam bulan terakhir masih positif 3,86 persen.
"Waktu untuk mencari pendanaan publik dengan IPO saat ini cukup tepat," katanya kepada Medcom.id, Kamis, 24 Juni 2021.
Selain itu, ketertarikan dana asing di pasar modal Tanah Air sejak awal 2021 masih tercatat nett buy atau beli bersih saham yakni sebesar Rp13,8 triliun.
Kemudian, lanjut Bhima, Bukalapak telah tepat melakukan rencana IPO ini karena rencana IPO perusahaan digital perlu dilakukan lebih cepat sebelum tapering off Bank Sentral AS atau The Fed terjadi.
"Tapering off membuat investor mencari aset yang relatif lebih aman, sementara saham perusahaan teknologi atau digital relatif masuk kriteria risiko tinggi. Tentu jika IPO dilakukan misalnya 2022 kondisi pasar akan jauh berbeda," jelasnya.
Lalu dari sisi minat investor, Bhima juga menuturkan, minat investor retail terhadap rencana IPO perusahaan digital cukup positif.
Terlebih, di saat penerapan pembatasan sosial akibat kembali meningkatnya kasus covid-19 beberapa hari ini membuat konsumsi masyarakat melalui platform e-commerce akan meningkatkan valuasi Bukalapak.
"Selama masyarakat di rumah karena pandemi, pertumbuhan e-commerce naik cukup pesat yakni 33,2 persen dengan nilai transaksi Rp253 triliun," ungkapnya.
Bukalapak dijadwalkan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 29 Juli 2021. Bukalapak telah mendapatkan kode saham BUKA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News