Mata uang rupiah. Foto: AFP.
Mata uang rupiah. Foto: AFP.

Ini Faktor yang Buat Rupiah Jeblok Terus-terusan

Husen Miftahudin • 03 Oktober 2022 18:51
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan. Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan awal pekan ini berada di level Rp15.302 per USD, melemah signifikan hingga 75,5 poin atau setara 0,50 persen dari posisi Rp15.227 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah utamanya disebabkan oleh menterengnya dolar AS setelah Pemerintah Inggris setuju untuk mempermudah rencananya memotong pajak yang tidak didanai.
 
"Tren ini secara luas diperkirakan akan menguatkan dolar dalam beberapa bulan mendatang, karena beberapa bank sentral menaikkan suku bunga lebih jauh untuk memerangi inflasi yang membandel," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya, Senin, 3 Oktober 2022.

Dijelaskan lebih lanjut, Pemerintah Inggris memutuskan untuk membatalkan usulan penghapusan tarif pajak penghasilan tertinggi. Rencana ini banyak dikritik oleh Partai Konservatif yang berkuasa serta negara secara keseluruhan.
 
Menteri Keuangan Inggris Kwasi Kwarteng mengumumkan rencananya untuk memotong pajak secara substansial, termasuk tarif pajak penghasilan tertinggi 45 persen, sebagai bagian dari anggaran mini pada 23 September.
 
Perdana Menteri Inggris Liz Truss pun berusaha untuk mempertahankan rencana tersebut. Tetapi permohonannya tidak berhasil dengan beberapa anggota parlemen senior yang menyuarakan penentangan terhadap kebijakan tersebut pada konferensi tahunan partai.
 
"Di tempat lain, Bank Sentral Eropa diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga besar lainnya akhir bulan ini setelah data menunjukkan inflasi Zona Euro mengalahkan perkiraan, naik ke rekor tertinggi 10,0 persen pada September," paparnya.
 
Baca juga: Parah, Rupiah Jeblok hingga Sentuh Level Rp15.300/USD

 
Dari dalam negeri, Ibrahim fokus pada laju inflasi September 2022 sebesar 1,17 persen (mtm) dan secara tahunan menembus 5,95 persen (yoy). Data yang dirilis tersebut dinilai lebih baik dibandingkan ekspektasi para analis dengan perkiraan laju inflasi 1,2 persen (mtm) dan tahunannya sebesar 5,98 persen (yoy).
 
Lonjakan inflasi didorong oleh naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Pada 3 September 2022, Pemerintah Indonesia telah menaikkan harga BBM subsidi pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter. Disusul, harga solar subsidi dikerek menjadi Rp6.800 per liter dari Rp5.150 per liter. Dua BBM subsidi tersebut rata-rata naik 31,4 persen. 
 
"Walaupun inflasi masih di bawah ekspektasi para anlis namun hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk menjaga transmisi harga energi dan komoditas," jelasnya.
 
Pada Agustus 2022, ungkap Ibrahim, inflasi nasional telah mencapai 4,69 persen. Angka tersebut sudah mengalami penurunan, tetapi sumbangan terbesarnya tetap berasal dari kelompok harga pangan bergejolak (volatile foods), kemudian dari proses transmisi dari harga-harga energi yang masuk ke dalam harga kelompok barang yang ditentukan pemerintah (administered price).
 
Kemudian inflasi yang terus tinggi selanjutnya adalah kecepatan dari normalisasi moneter dari negara-negara maju sehingga menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global. Sejalan dengan itu, ke depannya tekanan inflasi masih terus berlanjut, harga pangan dan energi masih terus mengalami peningkatan, dan disrupsi dari pasokan juga terus terjadi sehingga risiko untuk inflasi nasional masih berada di atas empat persen di 2022 dan 2023. 
 
Secara bersamaan, Indeks PMI Manufaktur Indonesia naik menjadi 53,7 pada September 2022 dari level 51,7 pada Agustus. S&P Global Indonesia mencatat, angka ini merupakan angka tertinggi sejak Januari tahun ini dan 13 tahun beruntun dengan kontraksi terakhir terjadi pada Agustus tahun lalu, ketika varian delta menyebar luas.
 
Ibrahim memprediksi, rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif dan rupiah diprediksi ditutup masih kembali melemah. "Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.290 per USD sampai Rp15.370," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan