Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 10 Juni 2020 menyatakan penurunan laba bersih ini disebabkan oleh penurunan yang cukup drastis dari pos pendapatan.
Tercatat, pendapatan perusahaan konstruksi pelat merah pada kuartal I-2020 ini hanya Rp4,2 triliun. Perolehan pendapatan ini turun 35,38 persen dari capaian kuartal I-2020 yang mencapai Rp6,5 triliun.
Bila dirinci pos pendapatan tersebut dikontribusikan dari pendapatan infrastruktur gedung sebesar Rp2,68 triliun, pendapatan dari sektor energi dan industrial plant sebesar Rp667,64 miliar, pendapatan dari sektor industri sebesar Rp666,23 miliar, dan pendapatan dari sektor realty dan properti sebesar Rp181,21 miliar.
Laba juga tertekan karena kenaikan beban usaha pada periode ini. WIKA mencatat beban usaha pada kuartal I-2020 mencapai Rp194,67 miliar. Sementara pada kuartal I-2019 hanya Rp172,86 miliar.
Namun dari pos pendapatan lain-lain atau non operasional, WIKA mampu mencatat laba entitas ventura bersama sebesar Rp154,06 miliar, pendapatan bunga Rp50,48 miliar, dan laba atas selisih kurs sebesar Rp63,53 miliar. Pos ini cukup mengimbangi beban non operasional.
Per 31 Maret WIKA mencatat total aset sebesar Rp61,12 triliun, terdiri dari ekuitas sebesar Rp16,8 triliun dan liabilitas sebesar Rp44,32 triliun. Adapun order book WIKA hingga April 2020 sudah mencapai Rp80,68 triliun. Kontrak tersebut berasal dari swasta, pemerintah dan proyek sinergi BUMN.
"WIKA kini telah memiliki kontrak dihadapi sebesar Rp80,68 triliun. Ini menjadi tanggung jawab kita untuk bisa menjawab kepercayaan yang diberikan oleh publik dengan strategi yang tepat," ujar Sekretaris Perusahaan Mahendra Vijaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News