Hery menyebut dibandingkan negara sekawasan ASEAN, penetrasi perbankan syariah di Indonesia masih pada level 6,51 persen di akhir 2020. Sementara Malaysia telah mencapai 29 persen. Demikian juga Brunei Darussalam yang mencapai 57 persen.
Sedangkan negara di kawasan Timur Tengah seperti Saudi Arabia menembus angka 63 persen, Kuwait 49 persen, Qatar 27 persen, dan Uni Emirat Arab (UEA) 24 persen.
“Kalau bandingkan dengan negara-negara lainnya di akhir 2020 yang lalu masih sekitar 6,51 persen masih di bawah 7 persen,” ujar dia dalam webinar Era Baru Pembiayaan Syariah di Indonesia, Rabu, 17 Maret 2021.
Dirinya memahami mengapa Indonesia masih tertinggal dibandingkan Malaysia dan Brunei. Ia bilang Negeri Jiran tersebut telah mengembangkan perbankan syariah sejak tahun 1963. Sementara Indonesia baru masuk di tahun 1991.
Kemudian, Pemerintah Malaysia dan Brunei Darussalam juga menggelontorkan beragam insentif untuk mendorong bisnis perbankan syariah, baik dalam bentuk pajak dan kemudahan lainnya.
Namun demikian, dirinya tetap optimistis BSI bisa menyalip dan masuk ke jajaran top 10 bank syariah dunia. Keyakinan tersebut didukung oleh kenyataan bahwa Indonesia memiliki penduduk dengan populasi muslim terbesar yang mencapai 209,1 juta orang.
Pada akhir 2020, Bank Syariah Indonesia berada pada posisi tujuh secara nasional dengan jumlah aset Rp240 triliun dan market share sebesar 2,6 persen.
"Melalui penggabungan bank syariah himbara diharapkan tercipta neraca dan keuangan yang baik dengan target Rp272 triliun pembiayaan pada 2025 dan pendanaan Rp336 triliun pada 2025," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News