Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani
Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani

Kurs Rupiah Ditutup Melemah ke Rp14.361/USD

Nia Deviyana • 16 Desember 2021 16:38
Jakarta: Kurs rupiah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis sore, 16 Desember 2021 terpantau melemah. Mata uang Garuda ini mengikuti gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tertekan karena kabar varian Omicron masuk ke Indonesia.

Data rupiah Blomberg dan Yahoo Finance

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap USD bergerak ke level Rp14.361 per USD, turun 27,5 poin atau setara 0,19 persen dari posisi Rp14.334 per USD pada penutupan hari sebelumnya.
 
Sementara menukil Yahoo Finance, rupiah juga melemah 10 poin atau 0,06 persen ke posisi Rp14.345 per USD dari penutupan perdagangan hari sebelumnya di posisi 14.335 per USD.
 
Sedangkan berdasarkan pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan di level Rp14.343 per USD atau melemah dari perdagangan hari sebelumnya di level Rp14.337 per USD.

Prediksi kurs rupiah

Sementara pada pagi tadi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terpantau menguat tujuh poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.327 per USD.
 
Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Nikolas Prasetia menilai kondisi pada pembukaan perdagangan hari ini cukup menarik.

"Agak menarik hari ini. Karena setelah statement The Fed ditambah dot plot yang kasih indikasi target range di akhir 2022 ada di 0,75-1 persen, justru USD-nya yang melemah," ujarnya dilansir Antara.
 
The Fed mengatakan akan mengakhiri pembelian obligasi era pandemi pada Maret dan mulai menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali tahun depan.
 
Pejabat The Fed juga memperkirakan inflasi AS akan mencapai 2,6 persen tahun depan, dibandingkan dengan 2,2 persen yang diproyeksikan pada September, dan tingkat pengangguran akan turun menjadi 3,5 persen.
 
Menurut Nikolas, pelemahan dolar AS kemungkinan karena efek pernyataan tersebut yang sesuai dengan perkiraan dan sama dengan pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell pada awal bulan ini.
 
"Jadi ada sentimen profit taking. Mungkin dalam beberapa waktu ke depan yield obligasi AS bisa kembali naik dan ikut dorong USD lagi," tutup Nikolas.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan