Jakarta: Direktur Kepatuhan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Ahmad Solichin Lutfiyanto memastikan penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) selaras dengan strategi korporasi, baik dalam pengelolaan aset, liabilitas, operasional, maupun sumber daya manusia.
Untuk menerapkan prinsip bisnis berkelanjutan tersebut, ia menekankan, setiap perseroan harus mengetahui dan paham framework bisnis berkelanjutan terlebih dahulu. Kemudian framework itu harus menjadi bagian dari corporate strategy atau dalam artian bukan asal ikut tren.
"Jadi yang pertama harus kita dudukkan dulu bahwa apa yang kita lakukan dalam ESG initiatives itu harus bagian dari corporate strategy,” kata Solichin, dilansir dari Antara, Senin, 7 Maret 2022.
Komitmen untuk menerapkan prinsip ESG melatarbelakangi BRI untuk merilis sustainability bond pada 2019 guna membiayai proyek-proyek yang sesuai dengan strategi perseroan menjadi bank UMKM, dengan porsi kredit untuk UMKM saat ini mencapai 84 persen.
Melalui penerapan prinsip ESG yang sejalan dengan strategi korporasi, bond senilai USD500 juta itu pun berhasil menarik minat investor global hingga mengalami oversubscribed sebanyak delapan kali. Hampir 70 persen dana dari sustainability bond itu digunakan untuk social project yang berkaitan dengan pemberdayaan UMKM, dan sisanya untuk green project terkait LRT.
"Sustainability bond itu ada di sisi liabilitasnya. Itu adalah salah satu inisiatif BRI dalam konteks menjawab concern dari stakeholders terutama investor global karena kami adalah perusahaan publik, terkait isu mengenai ESG dan bertahap akan kami tambah penerapannya,” kata Solichin.
Untuk menjaga kepercayaan investor, perseroan secara berkala dan berkesinambungan mencantumkan kinerja maupun hasil dari bond tersebut dalam laporan tahunan perseroan, sustainability report dan annual sustainability bond report, sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada investor.
"Dalam case BRI LRT itu kalau sudah jalan bisa mereduksi emisi karbon sekitar 8.000 ton CO2 per tahun. Dari kredit yang kami berikan kepada UMKM terutama mikro dan ultramikro, itu sudah bisa create lapangan kerja baru serta mempertahankan kelangsungan usaha bagi sekitar 400.000 UMKM di Indonesia,” pungkasnya.
Untuk menerapkan prinsip bisnis berkelanjutan tersebut, ia menekankan, setiap perseroan harus mengetahui dan paham framework bisnis berkelanjutan terlebih dahulu. Kemudian framework itu harus menjadi bagian dari corporate strategy atau dalam artian bukan asal ikut tren.
"Jadi yang pertama harus kita dudukkan dulu bahwa apa yang kita lakukan dalam ESG initiatives itu harus bagian dari corporate strategy,” kata Solichin, dilansir dari Antara, Senin, 7 Maret 2022.
Komitmen untuk menerapkan prinsip ESG melatarbelakangi BRI untuk merilis sustainability bond pada 2019 guna membiayai proyek-proyek yang sesuai dengan strategi perseroan menjadi bank UMKM, dengan porsi kredit untuk UMKM saat ini mencapai 84 persen.
Melalui penerapan prinsip ESG yang sejalan dengan strategi korporasi, bond senilai USD500 juta itu pun berhasil menarik minat investor global hingga mengalami oversubscribed sebanyak delapan kali. Hampir 70 persen dana dari sustainability bond itu digunakan untuk social project yang berkaitan dengan pemberdayaan UMKM, dan sisanya untuk green project terkait LRT.
"Sustainability bond itu ada di sisi liabilitasnya. Itu adalah salah satu inisiatif BRI dalam konteks menjawab concern dari stakeholders terutama investor global karena kami adalah perusahaan publik, terkait isu mengenai ESG dan bertahap akan kami tambah penerapannya,” kata Solichin.
Untuk menjaga kepercayaan investor, perseroan secara berkala dan berkesinambungan mencantumkan kinerja maupun hasil dari bond tersebut dalam laporan tahunan perseroan, sustainability report dan annual sustainability bond report, sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada investor.
"Dalam case BRI LRT itu kalau sudah jalan bisa mereduksi emisi karbon sekitar 8.000 ton CO2 per tahun. Dari kredit yang kami berikan kepada UMKM terutama mikro dan ultramikro, itu sudah bisa create lapangan kerja baru serta mempertahankan kelangsungan usaha bagi sekitar 400.000 UMKM di Indonesia,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News