"Ekosistem ini untuk memberdayakan usaha ultra mikro, mempercepat laju inklusi keuangan melalui proses pembiayaan berkelanjutan," kata Sunarso dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR-RI, Kamis, 18 Maret 2021.
Ia menyebutkan target sasaran dari ekosistem tersebut adalah 57 juta nasabah atau pengusaha ultra mikro. Adapun berdasarkan riset yang dilakukan sebanyak 30 juta di antaranya sama sekali belum memiliki akses pembiayaan.
"Masih ada data yang sebagian sudah memiliki akses pembiayaan tapi belum cukup. Yang sudah cukup miliki akses pembiayaan itu hanya 20 persen dan yang sudah memiliki akses pembiayaan tapi belum cukup itu antara lain dilayani pembiayaan formal," jelasnya.
Ia menambahkan sekitar lima juta pengusaha ultra mikro masih mengandalkan pendanaan dari loan shark atau rentenir dengan bunga tinggi, sekitar 100-500 persen. Lalu, ada sekitar tujuh juta pengusaha ultra mikro yang masih mengandalkan kerabat, dan sebanyak 18 juta sama sekali belum tersentuh lembaga keuangan.
"Ekosistem ini juga ingin bantu percepat inklusi keuangan di level 90 persen sekarang masih kisaran 70 persen," ujarnya.
Adanya holding BUMN ultra mikro akan memudahkan masyarakat untuk dapat kesempatan memperoleh layanan keuangan dengan berbagai pilihan. Contohnya, untuk masyarakat yang belum fully commercial atau unbankable akan disentuh oleh PNM melalui social group lending atau pemberdayaan.
Kemudian untuk masyarakat yang memilih pendanaan lain melalui sistem pinjaman dengan jaminan itu ke Pegadaian dengan hukum keterikatan gadai. Lalu, untuk masyarakat yang membutuhkan pendanaan lebih besar lagi bisa melalui bank dengan menyerahkan sertifikat dan melalui analisa proyeksi cash flow.
"Sehingga secara berkesinambungan, berurutan proses pemberdayaan UMKM naik kelas jadi terstruktur dan sistematis. Itu yang ingin kita capai dari inisiatif ini," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News