Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.
Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.

Lagi-lagi Jeblok, Rupiah Jelang Akhir Pekan Dibuka Rp15.580/USD

Husen Miftahudin • 21 Oktober 2022 09:29
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan menjelang akhir pekan ini mengalami pelemahan.
 
Mengutip data Bloomberg, Jumat, 21 Oktober 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp15.580 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sembilan poin atau setara 0,05 persen dari posisi Rp15.571 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
 
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp15.578 per USD hingga Rp15.581 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 9,23 persen.

Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah merosot di hadapan mata uang Negeri Paman Sam. Rupiah bertengger di posisi Rp15.580 per USD, turun 10 poin atau 0,06 persen dari Rp15.570 per USD.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Namun mata uang Garuda pada penutupan perdagangan hari ini diperkirakan masih melemah.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.550 per USD hingga Rp15.600 per USD," jelasnya.
 
Baca juga: Dolar AS Terus Menguat terhadap Yen

 
Pelemahan ini didorong oleh sentimen imbal hasil Treasury AS 10-tahun yang naik menjadi 4,154 persen, level tertinggi sejak pertengahan 2008. Sementara, pasar juga tetap waspada terhadap tanda-tanda intervensi Bank of Japan.
 
Bulan lalu, Jepang melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk membeli yen untuk pertama kalinya sejak 1998, dalam upaya untuk menopang mata uang yang babak belur.
 
"Di sisi lain, angka inflasi yang menyengat minggu ini dari Inggris, Selandia Baru, dan Kanada menunjukkan bank-bank sentral di seluruh dunia jauh dari menjinakkan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade, bahkan dengan mengorbankan pertumbuhan yang menyesakkan," paparnya.
 
Menurut Ibrahim, pelemahan rupiah saat ini masih relatif terbatas dan masih dalam angka undervalue. Artinya, kondisi saat ini lebih dipengaruhi faktor sentimen.
 
"Penguatan dolar yang terjadi saat ini, bukan hanya terjadi terhadap nilai tukar rupiah, tapi juga mata uang negara lainnya, sehingga pemerintah dan Bank Indonesia tidak usah panik dalam menyikapi pelemahan mata uang rupiah ini," pungkas Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan