Mengutip data Bloomberg, Jumat, 4 November 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp15.745 per USD. Mata uang Garuda tersebut nyungsep hingga 50 poin atau setara 0,32 persen dari posisi Rp15.695 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp15.734 per USD hingga Rp15.749 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 10,38 persen.
Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.735 per USD. Rupiah terpantau melemah sebanyak 40 poin atau setara 0,25 persen dari Rp15.695 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi, rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif dan rupiah diprediksi ditutup masih melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.680 per USD hingga Rp15.740 per USD," jelas Ibrahim dikutip dari analisis hariannya, Jumat, 4 November 2022.
Ia mengungkapkan, pelemahan yang terjadi pada rupiah utamanya disebabkan oleh indeks dolar dan indeks dolar berjangka yang masing-masing mengalami kenaikan 0,5 persen setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps).
"Ketua Fed Jerome Powell menepis spekulasi bank berencana untuk menghentikan kenaikan suku bunga, dan mengatakan Fed akan terus menaikkan suku lebih lama dari yang diperkirakan semula," ungkapnya.
Powell, lanjutnya, mengatakan suku bunga AS, yang saat ini berada di level tertinggi sejak krisis keuangan 2008, juga akan mencapai puncaknya pada level yang jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya, karena inflasi yang sangat tinggi.
Baca juga: Dolar AS Perkasa Usai Suku Bunga The Fed Naik |
Ketua Fed juga meningkatkan prospek kenaikan suku bunga yang lebih kecil ke depan, sebagian besar pasar yang digerakkan oleh risiko anjlok karena sikapnya yang hawkish. Namun, mayoritas pedagang sekarang memperkirakan kenaikan 50 bps di Desember.
Selain itu, survei swasta menunjukkan sektor jasa AS menyusut lebih dari yang diharapkan pada Oktober, karena gangguan terkait covid yang berkelanjutan. Data tersebut juga mendinginkan spekulasi atas rencana Tiongkok untuk mengurangi penguncian terkait covid-19.
"Prospek pembukaan kembali Tiongkok didorong oleh rumor yang beredar di media sosial, dan mendukung mata uang Asia minggu ini, mengingat status negara itu sebagai tujuan perdagangan utama untuk kawasan tersebut. Tetapi pejabat pemerintah tidak memberikan komentar tentang desas-desus media sosial bahwa negara itu akan menghapus kebijakan nol covid pada Maret 2023," paparnya.
Dari dalam negeri, Ibrahim memandang data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat inflasi pada Oktober 2022 telah mencapai angka 5,71 persen. Bank Indonesia juga beberapa kali telah melakukan penyesuaian suku bunga acuan. Kondisi perekonomian Indonesia saat ini tidaklah direspons cepat oleh pemerintah.
"Hal tersebut terlihat dari sikap pemerintah yang belum menjelaskan program-program untuk mengantisipasi resesi secara rinci. Terutama dalam upaya memperkuat ketahanan pangan dan energi," jelas dia.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News