"Penurunan kewajiban neto tersebut berasal dari penurunan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang disertai peningkatan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN)," ungkap Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulisnya, Senin, 26 September 2022.
Dijelaskan lebih lanjut, posisi KFLN Indonesia menurun seiring dengan penurunan nilai instrumen keuangan domestik, di tengah peningkatan arus masuk investasi langsung dan investasi portofolio. Posisi KFLN Indonesia turun 2,3 persen (qtq) dari USD720,8 miliar pada akhir kuartal I-2022 menjadi USD704,3 miliar pada akhir kuartal II-2022.
Penurunan posisi KFLN tersebut terutama disebabkan oleh faktor perubahan lainnya terkait nilai instrumen keuangan domestik berdenominasi rupiah seiring dengan penurunan harga dan penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. Penurunan lebih lanjut tertahan oleh transaksi KFLN yang mencatat surplus berupa arus masuk investasi langsung dan investasi portofolio pada kuartal II-2022 seiring optimisme investor terhadap prospek pemulihan ekonomi dan iklim investasi domestik yang terjaga.
Baca juga: Wah.. Aliran Modal Asing Keluar Rp3,53 Triliun dalam Sepekan |
Di sisi lain, posisi AFLN Indonesia meningkat terutama disebabkan oleh kenaikan posisi aset investasi portofolio dan investasi lainnya di luar negeri. Pada akhir kuartal II-2022, posisi AFLN naik sebesar 0,2 persen (qtq) dari USD433,0 miliar pada akhir kuartal sebelumnya menjadi USD433,9 miliar.
"Perkembangan ini didukung oleh posisi aset investasi portofolio dan investasi lainnya yang meningkat seiring bertambahnya penempatan aset di luar negeri. Peningkatan posisi AFLN tertahan oleh faktor perubahan lainnya terkait penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang utama dunia dan penurunan harga beberapa aset luar negeri," jelasnya.
Erwin menekankan, Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia pada kuartal II-2022 tetap terjaga serta mendukung ketahanan eksternal. Hal ini tercermin dari rasio kewajiban neto PII Indonesia terhadap PDB pada kuartal II-2022 yang tetap terjaga di kisaran 21,3 persen, turun dibandingkan dengan rasio pada kuartal sebelumnya sebesar 23,6 persen. Selain itu, struktur kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang (93,4 persen terutama dalam bentuk investasi langsung.
"Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja PII Indonesia akan tetap terjaga sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak pandemi covid-19 yang didukung sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah, serta otoritas terkait lainnya. Meskipun demikian, Bank Indonesia akan tetap memantau potensi risiko terkait kewajiban neto PII terhadap perekonomian," tutup Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News