"Rupiah kemungkinan akan melemah karena dampak dari kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah AS," kata Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya, dilansir dari Antara, Selasa, 19 Oktober 2021.
Menurut Rully, perlu diwaspadai risiko terkait krisis energi, serta permasalahan ekonomi di AS dan Tiongkok. Ekspektasi akan inflasi AS yang terus mengalami kenaikan dinilai dapat terus berdampak kepada pergerakan imbal hasil obligasi AS ke depan dan ada kemungkinan pertengahan November The Fed akan mulai melakukan tapering.
"Selain itu, pasar juga menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur BI yang akan diumumkan hari ini, terutama bagaimana sinyal kebijakan ke depan dalam menghadapi tapering The Fed," ujar Rully.
Sementara itu, jumlah kasus harian covid-19 pada Senin, 18 Oktober mencapai 626 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif covid-19 mencapai 4,24 juta kasus. Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar covid-19 mencapai 47 kasus sehingga totalnya mencapai 142.999 kasus.
Jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 1.593 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,08 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif covid-19 mencapai 17.374 kasus. Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 107,98 juta orang dan vaksin dosis kedua 63,19 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Ariston mengatakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.095 hingga Rp14.185 per dolar USD. Pada Senin, 18 Oktober, rupiah ditutup melemah 35 poin atau 0,25 persen ke posisi Rp14.110 per USD dibandingkan dengan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.075 per USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id