Salah satunya dengan membuka peluang penyewaan menara kepada operator di luar Telkomsel. Hal ini lantaran kewajiban perseroan untuk menyewakan menara hanya kepada salah satu operator dicabut setelah transaksi menara telah selesai.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, saat ini Mitratel memiliki 28.030 menara yang tersebar di seluruh Indonesia pada lokasi-lokasi strategis dan 42.016 penyewa. Menara Mitratel tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan sekitar 57 persen di antaranya berada di luar Jawa.
"Luasnya cakupan wilayah menara Mitratel membuat perseroan mampu mengelola kerja sama tambahan dari para penyewa menara telekomunikasi. Selain itu, Mitratel dianggap paling siap melayani ekspansi operator di luar Jawa yang meningkatkan portofolio kolokasi," ujar Teddy, sapaan karibnya, dalam keterangan tertulis, Kamis, 30 Desember 2021.
Teddy mengungkapkan rendahnya rasio tenansi terjadi akibat pembelian menara yang sebelumnya terbatas untuk satu operator. Namun, saat ini terbuka peluang luas untuk menarik kolokasi dari semua operator karena sebaran lokasinya yang atraktif.
"Ditambah lagi dengan rencana Mitratel untuk mendukung layanan penyewaan menara dengan fiberisasi. Sehingga, akan semakin menunjang operator telekomunikasi dalam memberikan layanan digital tak terbatas bagi pelanggannya," paparnya.
Ia menambahkan, manajemen akan fokus pada beberapa rencana yaitu organic growth dengan lebih agresif, baik membangun baru maupun menambah kolokasi untuk seluruh operator. Mitratel juga independen dalam mengoptimalkan portfolio menara yang tersebar di Indonesia di lokasi yang strategis.
"Khususnya menara yang telah diakuisisi dari Telkomsel untuk dapat dimanfaatkan oleh operator lain seperti EXCL, ISAT, dan FREN," urai dia.
Rencana selanjutnya, perusahaan akan melanjutkan agresivitas aksi in-organic growth dengan konsolidasi lanjutan Menara Telkom Group maupun dari konsolidasi di market domestic. Jika ada peluang menarik yang tetap memberikan nilai tambah bagi pemegang saham, maka Mitratel juga tidak menutup kemungkinan untuk menjadi konsolidator industri maupun eksplorasi di regional.
Kemudian, melakukan ekspansi ke layanan baru dengan membangun kapabilitas menuju digital infrastructure company baik berupa fiberisasi menara melalui membangun, partnership B2B/wholesale agreement, maupun akuisisi dan menyiapkan readiness untuk infrastructure solution dan edge computing.
"Terakhir, melakukan continuous improvement untuk mendorong efisiensi yang lebih baik untuk O&M, capex, maupun operasional dengan integration system IT (digitalisasi) dan management asset," pungkas Teddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News