IHSG Senin, 19 September 2022, perdagangan pagi dibuka menguat ke posisi 7.199 dengan level tertinggi di 7.205 dan terendah di 7.151. Pagi ini volume perdagangan tercatat sebanyak 3,9 miliar lembar saham senilai Rp1,5 triliun. Sebanyak 198 saham menguat, sebanyak 224 saham tertekan, dan sebanyak 191 saham stagnan.
Sementara itu, IHSG diperkirakan melanjutkan tren pelemahan seiring beragamnya gerak bursa saham global dan regional. Sedangkan sentimen dari dalam negeri yakni terjadi penambahan 1.683 kasus baru covid-19 di Indonesia pada Minggu, 18 September, dengan jumlah kasus sembuh yang lebih sedikit sebanyak 1.67.
"Pagi ini Nikkei dibuka melemah 1,11 persen dan KOSPI dibuka melemah 0,5 persen. Kami memperkirakan IHSG akan melanjutkan tren penurunan pada hari ini, seiring dengan sentimen beragam dari pergerakan bursa global dan bursa regional," sebut Samuel Research Team, dalam riset hariannya.
Baca: Tenang! BRI Pastikan Data Nasabah Tak Bocor |
Sebelumnya pada akhir pekan lalu, Wall Street berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu pagi WIB). Wall Street jatuh ke posisi terendah dalam dua bulan karena peringatan perlambatan global yang akan datang dari FedEx mempercepat pelarian investor ke tempat yang aman pada akhir minggu yang penuh gejolak.
Indeks Dow Jones Industrial Average terpangkas 139,4 poin atau 0,45 persen menjadi 30.822,42. Lalu, Indeks S&P 500 juga kehilangan 28,02 poin atau 0,72 persen menjadi 3.873,33. Sedangkan Indeks Komposit Nasdaq merosot 103,95 poin atau 0,90 persen menjadi 11.448,40.
Sebanyak sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di wilayah negatif, dengan sektor energi dan industri mengalami penurunan persentase paling tajam. Ketiga indeks saham utama AS turun ke level yang tidak tersentuh sejak pertengahan Juli, dengan S&P 500 ditutup di bawah 3.900, level support yang diawasi ketat.
Terhuyung-huyung melewati garis akhir pekan yang diguncang oleh kekhawatiran inflasi, kenaikan suku bunga yang menjulang dan tanda-tanda peringatan ekonomi yang tidak menyenangkan, S&P 500 dan Nasdaq mengalami penurunan persentase mingguan terburuk sejak Juni.
"Ini adalah minggu yang berat. Rasanya seperti Halloween datang lebih awal. Kita menghadapi racun inflasi tinggi, suku bunga tinggi, dan pertumbuhan rendah, yang tidak baik untuk pasar saham atau obligasi," pungkas Direktur Pelaksana JPMorgan, David Carter, di New York.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News