Namun, Vanguard tidak bergerak langsung. Mereka dikenal piawai menggunakan “proxy” atau mitra regionalnya. Kali ini, dua raksasa properti TBK asal Jepang diduga menjadi pintu masuk Vanguard untuk menanamkan modal raksasanya ke Indonesia.
Vanguard bukan sekadar investor biasa. Mereka memiliki tim analis global yang terbukti berulang kali mampu membaca arah kebijakan ekonomi suatu negara. Dengan “radar”nya, Vanguard melihat peluang besar di Indonesia.
Kenapa? Karena pemerintahan baru segera meluncurkan kebijakan radikal. Rp200 triliun dana yang sebelumnya mengendap di Bank Indonesia kini akan digelontorkan ke sektor riil melalui bank-bank pemerintah. Likuiditas besar ini otomatis akan mengalir deras ke sektor properti, memicu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi domestik.
Vanguard membaca jelas bahwa inilah momentum emas. Indonesia sedang membuka babak baru, dan saham properti, khususnya DADA, adalah kendaraan yang tepat untuk menunggangi gelombang besar ini.
Demikian juga dengan target Vanguard yang bukan main-main. Mereka mengincar valuasi hingga USD100 miliar untuk DADA. Dengan jumlah saham beredar 7,4 miliar lembar, maka market cap USD100 miliar ÷ 7,4 miliar lembar, sehingga valuasinya adalah USD13,5 per lembar. Jika dikonversi ke rupiah, inilah yang menghasilkan angka mencengangkan: Rp230.000 per lembar saham DADA.
Bagi sebagian orang, ini terdengar mustahil. Namun sejarah menunjukkan, Vanguard berkali-kali berhasil membawa saham kecil ke valuasi raksasa.
Namun, perjalanan menuju Rp230.000 tidak akan mulus. Investor harus siap menghadapi kenaikan ekstrem yang berujung suspend bursa 1–3 kali; status Full Call Auction (FCA) yang akan menguji kesabaran investor; serta koreksi tajam yang seringkali membuat ritel panik dan menjual terlalu cepat.
Padahal, kuncinya sederhana: sabar. Saham ini butuh waktu, ibarat lari marathon, bukan sprint. Yang kuat menahan ujian mental akan jadi pemenang besar di akhir perjalanan.
Jika diamati, skenario besar ini sudah mulai berjalan. Pengendali perlahan “dipaksa” melepas saham agar free float semakin besar. Kemudian, adanya pembagian dividen mulai dipersiapkan, sehingga menarik institusi global. Selain itu, RUPS strategis diarahkan untuk melepas DADA dari status FCA.
Langkah-langkah ini tidak acak. Semua bagian dari grand skenario untuk menyiapkan panggung masuknya investor asing kelas dunia. Setelah terlepas dari status FCA, saham DADA akan semakin ramai di perdagangkan. Ini akan menjadi katalis positif bagi para pelaku pasar saham ujar Rendy Yefta.
Manajemen DADA menyampaikan bahwa harga sahamnya mulai bergerak naik dari kisaran Rp7 per lembar, hingga per 25 September 2025 berada di level Rp149 per lembar. Bahkan pada awal September, antrean beli (bid) mencapai lebih dari 12 juta lot.
Bayu Setiawan, Direktur PT Diamond Citra Propertindo mengungkapkan terjadinya fluktuasi harga merupakan hasil dari mekanisme pasar yang dinamis, dipengaruhi oleh dinamika permintaan dan penawaran. Perseroan juga berkomitmen untuk memberikan informasi yang transparan dan akurat kepada para investor, agar mereka dapat mengambil keputusan investasi yang tepat.
"Perusahaan saat ini melakukan proses serah terima unit di sejumlah proyek properti seperti Plaza Convill dan appel3. Selain itu, perusahaan berupaya menjaga keseimbangan antara pengembangan perumahan dan lingkungan hijau kawasan," ujar Bayu.
Sementara itu, Diamondland telah membuktikan komitmen dengan berhasil mengembangkan 20 proyek residensial dan komersial di wilayah Jabodetabek, mulai dari groundbreaking hingga serah terima.
Diamondland juga sukses membangun hunian vertikal, Dave Apartment di dekat Universitas indonesia. Kemudian Apple 1 Condovilla di Jakarta Selatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id