Dikabarkan dia berhasil mengubah portofolionya investasi saham dari Rp15 miliar menjadi Rp100 miliar dalam setahun.
Caranya tentu bukan sekadar “berani ambil risiko,” tetapi strategi investasi saham yang sangat terstruktur, berbasis data, dan dibarengi pengelolaan komunitas yang memperkuat kredibilitasnya.
Bagi Sulianto, saham bukan instrumen spekulatif melainkan kendaraan pertumbuhan aset yang menuntut analisis mendalam.
“Investasi yang benar bukan soal menebak harga naik atau turun. Tapi soal memahami data dan perilaku pasar,” tegasnya.
1. Riset Data sebagai Fondasi Investasi
Pertumbuhan drastis portofolionya dimulai dari pendekatan analitik. Sulianto mengembangkan sistem riset yang menggabungkan analisis fundamental perusahaan, pola historis pergerakan harga, sentimen pasar dan sektor, hingga perilaku institusi besar (big money flow).Ia menolak mengambil keputusan berdasarkan “feeling.” Setiap posisi yang dibuka selalu didasari skenario risiko, target, dan parameter pembatalan. Pendekatan ini membuatnya mampu menjaga konsistensi meski pasar bergejolak.
2. Strategi Diversifikasi dengan Presisi
Naiknya portofolio Sulianto bukan karena satu saham “meledak.” Ia menerapkan diversifikasi cerdas yang mencakup saham blue-chip untuk stabilitas, saham sektor bertumbuh untuk pertumbuhan agresif,saham tematik jangka pendek berbasis momentum, serta porsi terkontrol di aset digital sebagai akselerator.“Diversifikasi bukan tentang punya banyak saham, tapi punya portofolio yang bekerja sama,” ujarnya.
3. Manajemen Risiko
Salah satu pembeda terbesar Sulianto dari investor muda lain adalah cara ia mengelola risiko.Setiap keputusan investasi telah mempertimbangkan batas kerugian maksimal per posisi, komposisi portofolio berdasarkan volatilitas, dan disiplin untuk keluar ketika skenario awal berubah.
Inilah yang membantunya mempertahankan modal sebuah langkah penting sebelum bicara soal pertumbuhan.
4. Community Leverage sebagai “Keunggulan Informasi”
Selain riset pribadi, Sulianto membangun komunitas edukasi investasi yang menjadi pusat diskusi dan pertukaran informasi pasar. Komunitas itu bukan tempat sinyal instan, melainkan ruang riset kolektif.Dari ribuan anggota, ia mendapatkan perspektif pasar lebih luas, mempercepat validasi data, dan memperkuat kredibilitas personal brand-nya. Kombinasi data + komunitas ini menjadi edge kompetitif yang jarang dimiliki investor muda.
5. Momentum, Disiplin, dan Konsistensi
Meskipun pertumbuhan enam kali lipat terlihat spektakuler, Sulianto menyebutnya sebagai hasil dari disiplin eksekusi, ukuran posisi yang dihitung matang, dan fokus pada tren pasar yang kuat (trend-following + sector rotation). Ia tidak mengejar jackpot, ia mengejar konsistensi yang akhirnya menciptakan hasil eksponensial.6. Bangun Sistem, Bukan Keberuntungan
Bagi Sulianto, keberhasilan bukan soal mendapat saham yang “meledak,” tetapi membangun sistem investasi yang bisa bekerja berulang.“Saya ingin membuktikan bahwa aset bisa tumbuh besar dari strategi yang benar, bukan keberuntungan sesaat,” katanya.
Pendekatan ini menunjukkan munculnya generasi baru investor Indonesia yang menjadikan data sebagai landasan keputusan, bukan rumor. Di era trust economy, kredibilitas menjadi aset, dan Sulianto menggunakan itu sebagai bahan bakar pertumbuhan portofolionya.
Kini, ia terus mengembangkan platform edukasi dan riset saham yang terintegrasi, membantu investor pemula memahami cara kerja pasar secara realistis dan profesional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
