"Sebanyak Rp5,5 triliun dari Blibli itu digunakan untuk memperbaiki dari struktur modal, mengurangi utang, sehingga dapat mengurangi Debt Equity Rasionya (DER). Dengan penurunan DER ini, perusahaan menjadi lebih fleksibel dalam pengelolaan aset yang dimiliki, termasuk potensi pembagian dividen kepada investor di masa mendatang," ujar Andri dilansir Antara, Senin, 7 November 2022.
Selain itu, Andri mengatakan, Blibli memiliki potensi untuk berkembang sebagaimana perusahaan e-commerce di luar negeri. Dirinya mencontohkan Amazon dan Alibaba yang melakukan ekspansi secara masif. Amazon berekspansi melalui Amazon Express, Amazon Go, dan Amazon Prime.
Kemudian ada Rakuten di Jepang yang fokus awalnya adalah platform diskon dan cashback, hingga memiliki bisnis perhotelan.
Baca juga: IPO Blibli Dinilai Punya Keunggulan Kompetitif di Tengah Kesulitan Pendanaan Startup |
"Mereka sustain karena memiliki bisnis di beberapa sektor usaha, sehingga ketika kondisi ekonomi sulit sekalipun, sebagian bisnis yang berkembang dapat menopang sektor bisnis lainnya yang terdampak ekonomi. Yang satu mengalami kesulitan, yang lain mengalami kenaikan," jelasnya.
Andri juga menilai wajar atas utang yang dimiliki oleh Blibli dan perusahaan rintisan atau startup lainnya. Menurut dia, startup memiliki utang untuk investasi serta pengembangan bisnisnya.
"Selama utang itu sehat dan terukur dari segi Debt to Equity Ratio, Profitabilitias dan Likuiditasnya, maka wajar-wajar saja, bukan masalah," ujarnya.
Blibli yang akan melantai di bursa pada 8 November 2022 diperkirakan akan mengumpulkan dana sebesar Rp7,9 triliun.
Dana tersebut akan dipergunakan untuk pembayaran saldo utang fasilitas, sementara sisanya akan dialokasikan sebagai modal kerja dalam mendukung kegiatan usaha.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News