Ilustrasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS - - Foto: Antara/ Yudhi Mahatma
Ilustrasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS - - Foto: Antara/ Yudhi Mahatma

Kenaikan Obligasi AS Kembali Bikin Rupiah 'Gigit Jari'

Husen Miftahudin • 30 Maret 2021 16:16
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami pelemahan akibat kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS bertenor 10 tahun. Kondisi ini menyebabkan indeks dolar AS terus menguat dan mencapai level tertingginya di 93,10.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan yield obligasi AS bertenor 10 tahun terakhir diperdagangkan pada 1,75 persen, tertinggi dalam 14 bulan. Ini terjadi karena percepatan vaksinasi, tanda-tanda pemulihan ekonomi, dan stimulus besar-besaran AS yang memicu kekhawatiran inflasi.
 
"Presiden Joe Biden akan mengumumkan rencana besar yang baru untuk pengeluaran infrastruktur akhir pekan ini dengan rencana pengeluaran tambahan untuk perawatan anak dan perawatan kesehatan yang akan diumumkan setelah liburan Paskah," ucap Ibrahim dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Selasa, 30 Maret 2021.
 
Di Eropa, lanjutnya, prospek ekonomi jangka pendek menjadi lebih suram karena Prancis dan Jerman memperkenalkan langkah-langkah pembatasan yang lebih ketat untuk mengekang gelombang ketiga kasus covid-19 di benua tersebut. Kondisi itu juga memberikan tekanan pada euro lantaran melebarnya selisih antara imbal hasil obligasi AS dan Jerman.

Di depan data, laporan ketenagakerjaan AS untuk bulan Maret, termasuk non-farm payrolls, akan dirilis pada Jumat ini dan diawasi dengan ketat untuk tanda-tanda pemulihan ekonomi. Federal Reserve mengutip pemulihan pasar tenaga kerja yang lambat dari covid-19 sebagai alasan sikap dovish-nya pada suku bunga.
 
"Ke depan, dolar ditetapkan untuk minggu sibuk dari data ekonomi papan atas, dengan laporan pekerjaan terbaru yang akan dirilis hari Jumat yang dapat menambah bukti bahwa pemulihan tetap di jalurnya," ulas Ibrahim.
 
Sementara dari internal, rilis data ekonomi dalam negeri yang positif terutama dari PMI manufaktur yang berada di atas level ekspansif. Selain data manufaktur, realisasi investasi dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada 2021 juga lebih tinggi dibandingkan posisi tahun sebelumnya.
 
Dari beberapa indikator ekonomi yang mengalami tren perbaikan membuat pemerintah tetap optimis terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional dapat tercapai di kisaran 4,5 persen sampai 5,3 persen. Walaupun pemerintah juga memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2021 masih berada di zona negatif yaitu di kisaran minus 0,1 persen sampai 1,0 persen.
 
Menurutnya, optimisme pertumbuhan ekonomi di Indonesia tak terlepas dari rasa optimistisme terhadap perkembangan ekonomi secara global pada 2021 yang akan tumbuh positif hingga 5,0 persen, setelah terkontraksi 3,8 persen pada tahun sebelumnya.
 
"Sinyal pemulihan ini terlihat dari perbaikan ekonomi di banyak negara, termasuk Tiongkok dan AS, didukung stimulus fiskal dan moneter serta mulai meningkatnya mobilitas manusia dan aktivitas perekonomian akibat masyarakat sudah divaksinasi, sehingga nantinya akan hidup berdampingan dengan covid-19," tukas Ibrahim.
 
Di sisi lain, pemerintah pada 2021 ini juga akan berfokus pada program vaksinasi massal dan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang akan terus diperluas ke provinsi-provinsi lain. Hal ini akan turut menjaga momentum pemulihan kesehatan dan ekonomi, khususnya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam melakukan konsumsi dan investasi melalui berbagai strategi di tahun 2021.
 
"Di samping itu Bank Indonesia terus melakukan intervensi di pasar valas, obligasi, dan SUN (Surat Utang Negara) di perdagangan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward) terhadap mata uang garuda agar terus terjaga dan stabil dan cenderung menguat didukung kebijakan stabilisasi Bank Indonesia. Rupiah secara fundamental masih undervalue di bawah Rp15 ribu dan berpotensi sampai akhir tahun masih akan menguat," tuturnya.
 
Adapun mengutip data Bloomberg pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap USD kembali melemah sebanyak 35 poin atau setara 0,24 persen ke posisi Rp14.480 per USD dari Rp14.445 per USD pada penutupan perdagangan di hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah juga berada di zona merah pada posisi Rp14.470 per USD. Rupiah melemah sebesar 27 poin atau setara 0,19 persen dari Rp14.443 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Begitu pula dengan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan di level Rp14.481 per USD atau melemah 47 poin dari nilai tukar rupiah pada perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14.434 per USD.
 
"Untuk perdagangan kamis, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup  melemah di rentang Rp14.430 per USD sampai Rp14.530 per USD," pungkas Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan