Pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral Kawasan ASEAN+3 ke-26, di Incheon, Korea Selatan. Foto Istimewa.
Pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral Kawasan ASEAN+3 ke-26, di Incheon, Korea Selatan. Foto Istimewa.

Bos BI Ajak Menkeu dan Bank Sentral ASEAN+3 Genjot Dedolarisasi, Ini Manfaatnya!

Husen Miftahudin • 04 Mei 2023 10:33
Jakarta: Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo getol mengajak para menteri keuangan (menkeu) dan gubernur bank sentral negara anggota ASEAN+3 untuk lebih masif menggunakan Local Currency Transaction (LCT) atau transaksi dengan mata uang lokal guna efisiensi transaksi di kawasan (dedolarisasi).
 
Menurutnya, ketergantungan yang besar pada mata uang dominan tertentu untuk perdagangan internasional dan penyelesaian investasi dapat meningkatkan kerentanan hingga meningkatkan risiko stabilitas keuangan di ASEAN+3.
 
"Oleh karena itu, ASEAN+3 perlu berinovasi untuk dapat menjaga stabilitas, di tengah inflasi yang masih tinggi, kondisi likuiditas yang lebih ketat, ruang kebijakan yang lebih sempit, dan pengaruh kuat dolar AS," ungkap Perry dalam pertemuan para Menkeu dan Gubernur Bank Sentral Kawasan ASEAN+3 ke-26, di Incheon, Korea Selatan, dikutip dari siaran pers, Kamis, 4 Mei 2023.

Selain itu, Perry juga menekankan pentingnya memperkuat dan meningkatkan kerja sama di antara negara-negara ASEAN+3 dalam konektivitas pembayaran dengan mempromosikan penggunaan mata uang lokal yang lebih luas untuk transaksi.
 
Berkaitan dengan hal tersebut, pertemuan para Menkeu dan Gubernur Bank Sentral kawasan ASEAN+3 menyambut baik dan mengakui perkembangan kajian sistem pembayaran lintas batas di ASEAN+3, khususnya mengenai penguatan LCT dalam pembahasan isu tematik ASEAN+3.
 

Perkuat kerja sama keuangan regional


Pada acara tersebut, para menkeu dan gubernur bank sentral negara anggota ASEAN+3 sepakat memperkuat kerja sama keuangan regional. Hal ini penting mengingat kawasan harus tetap waspada dengan gejolak sektor perbankan baru-baru ini di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, meski memiliki dampak rambatan yang terbatas di ASEAN+3.
 
Menkeu Sri Mulyani mengatakan, penguatan kerja sama keuangan dilakukan melalui inisiatif di bawah Regional Financing Arrangements (RFA) Future Direction, Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM), ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), serta Asian Bond Markets Initiative (ABMI).
 
Kemudian, melalui pembiayaan risiko bencana (Disaster Risk Financing/DRF) dan ASEAN+3 Future Initiatives termasuk pembiayaan infrastruktur, kajian studi pada fasilitas non pembiayaan, DRF, serta kajian studi beberapa tema strategis atas digitalisasi keuangan, keuangan berkelanjutan, utang korporasi, utang rumah tangga, dan transaksi mata uang lokal (LCT).
 
Baca juga: Dikebut Global, Ekonomi ASEAN Bisa Capai 4,3% di 2023?
 

Ekonomi ASEAN+3 bisa tumbuh 4,6%


Pada pertemuan itu, Sri Mulyani juga menyampaikan pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 cukup kuat, yakni sebesar 3,2 persen pada 2022, terlepas dari efek pandemi covid-19 yang masih ada dan konflik Rusia-Ukraina yang meningkat menjadi krisis.
 
Ke depan, ASEAN+3 diperkirakan tumbuh sebesar 4,6 persen pada 2023. Hal ini dipacu oleh permintaan domestik yang kuat karena pemulihan ekonomi terus menunjukkan perbaikan.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan