"Hal ini dalam rangka mengantisipasi risiko keuangan terkait perubahan iklim," ucap Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, dalam acara Green Economy Outlook 2022, yang disiarkan secara virtual, Selasa, 22 Februari 2022.
Wimboh menambahkan, OJK juga mendukung pengembangan bursa karbon nasional yang diharapkan menjadi salah satu pusat perdagangan karbon di dunia yang kredibel, berintegritas, dan likuid melalui penyiapan institutional framework seperti kerangka pengaturan.
Meskipun demikian, ia mengakui, kesiapan teknologi menjadi kebutuhan infrastruktur yang esensial untuk menjalankan bursa karbon yang efisien dan mendorong penguatan sektor keuangan.
"Hal ini sejalan dengan program kerja bersama antara OJK, pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) sebagai bagian dari upaya pendalaman pasar keuangan sesuai Strategi Nasional Pengembangan dan Pendalaman Pasar Keuangan (SN-PPPK)," tegas dia.
Sejalan dengan perspektif tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan atau Environmental Social Governance (ESG), pengembangan keuangan berkelanjutan tidak hanya berkaitan dengan aspek lingkungan namun juga terkait pertumbuhan ekonomi yang merata.
Dia bilang, karena kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang lebih dari 60 persen dalam pertumbuhan ekonomi maka kebangkitan sektor UMKM menjadi prasyarat pemulihan ekonomi yang perlu terus didukung dengan mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendorong pengembangan sektor UMKM dengan menyatukan proses dari hulu ke hilir secara terintegrasi dalam satu ekosistem digital, yang mencakup aspek pembiayaan, pendampingan, dan pemasaran.
Selain itu, OJK juga tetap akan memperhatikan efek dari pandemi covid-19 yang telah menimbulkan luka yang cukup dalam bagi sektor-sektor tertentu dan dapat menyebabkan tidak optimalnya laju pemulihan perekonomian nasional.
"Oleh karena itu, saat ini kami bersama anggota KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) lainnya juga sedang menyusun kebijakan-kebijakan stimulus yang dapat mendukung pemulihan sektor-sektor yang mengalami slow recovery dan sangat terdampak scarring effect dari pandemi, seperti pertanian, pariwisata, dan industri pengolahan dengan tetap memperhatikan prinsip ekonomi hijau," pungkas Wimboh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News