Ilustrasi. Foto : AFP.
Ilustrasi. Foto : AFP.

Harga Batu Bara Merosot, Laba Bukit Asam 2019 Terkoreksi 19%

Annisa ayu artanti • 04 Maret 2020 12:27
Jakarta: PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatat laba bersih 2019 sebesar Rp4,05 triliun. Angka ini turun 19 persen dari capaian periode yang sama di 2018 yang sebesar Rp5,02 triliun. Namun menurut Direktur Utama PTBA Arviyan Arviyan capaian ini cukup baik di tengah harga batu bara yang terus menurun.
 
Penurunan harga batu bara terjadi seiring dengan pelemahan harga batu bara indeks Newscastle sebesar 28 persen menjadi rata-rata sampai desember USD77,77 per ton dari USD107,34 per ton pada peride yang sama 2018.
 
baca : Bukit Asam Belum Mau Buyback Saham

Sementara itu, batu bara thermal Indonesia melemah 17 persen dari rata-rata sampai Desember sebesar USD50,39 per ton dari USD60,35 per ton pada periode yang sama di 2018.
 
"Kita berhasil melewati relatif sulit karena kondisi harga batu bara tidak sebaik 2018 karena menurun," kata Arviyan di Hotel Ritz Carlon Mega Kuningan, Jakarta, Rabu, 4 Maret 2020.
 
Direktur Niaga Adib Ubaidillah menambahkan sepanjang 2019 perusahaan telah melakukan berbagai macam usaha untuk menahan penurunan laba dengan melakukan efisiensi dan dan optimasi dalam kegiatan operasional.
 
Ia menyebut, jika tidak melakukan upaya efisiensi tersebut penurunan laba PTBA bisa lebih besar mencapai 28 persen.  
 
"Kalau kita tidak melakukan apa-apa itu bisa turun 28 persen. Jadi banyak yang kita lakukan 2019," sebut Adib.
 
Adapun, laba tersebut didorong oleh produksi batu bara yang mengalami kenaikan 10,2 persen menjadi 29,1 juta ton. Kapasitas angkutan batu bara juga mengalami kenaikan menjadi 24,2 juta ton atau naik tujuh persen dari 2018.
 
Dari kenaikan produksi tersebut, perusahaan mencatat penjualan batu bara sepanjang 2019 sebesar 27,8 juta ton naik 13 persen dari 2018.
 
Kenaikan volume penjualan ini karena adanya ekspansi ke pasar-pasar potensial yang meliputi Jepang, Hong Kong, Vietnam, Taiwan, dan Filipina. Serta penambahan pasar potensial seperti Australia, Thailand, Myanmar, dan Kamboja.
 
Mengenai pendapatan dan beban pokok pendaptapan, perusahaan mencatat pendapatan usaha meningkat tiga persen dari Rp21,2 triliun menjadi Rp21,8 triliun.
 
Pendapatan tersebut dikontribusikan dari penjualan batu bara domestik sebesar 57 persen, penjualan batu bara ekspor sebesar 41 persen dan aktivitas lainnya seperti penjualan listrik briket, minyak sawit, dan inti sawit serta jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa lain-lain sebesar dua persen. Sedangkan, beban pokok penjualan 2019 tercatat Rp14,18 triliun, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp12,62 triliun. Perusahaan juga mencatat, aset perseroan per 31 Desember mencapai Rp26,1 triliun dengan komposisi terbesar pada aset tetap sebesar 28 persen dan kas setara kas sebesar 18 persen.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan