"Pertumbuhan kinerja SBMA seiring dengan meningkatnya kebutuhan gas, acetylene, dan karbon dioksida," ungkap Direktur Utama SBMA Rini Dwiyanti dalam keterangan pers, Senin, 13 November 2023.
Diketahui, SBMA telah melakukan commercial startup air separation plant pada 27 Juni 2023, dan saat ini produksi liquid perusahaan mencapai kapasitas 50 ton dalam sehari.
Sehingga, menurut Rini, langkah bisnis yang sudah ditempuh SBMA mulai dirasakan dengan peningkatan produksi dan penjualan sejak Juli sudah tampak pada kuartal III-2023.
Perseroan juga saat ini sedang memasuki are shipyard dan petrokimia untuk kebutuhan liquid yang meningkat. "Saat ini kami telah mengambil lima persen dari pasar likuid yang ada di Kalimantan Timur," ujar Rini.
SBMA mencatat penjualan acetylene tumbuh menjadi Rp24,80 miliar dari tahun lalu Rp21,00 miliar, penjualan argon juga naik jadi Rp16,28 miliar dari Rp15,03 miliar, penjualan oxygen hasil produksi SBMA naik jadi Rp15,59 miliar dari Rp11,95 miliar.
Lalu penjualan lainnya seperti karbon dioksida juga naik jadi Rp6,09 miliar dari Rp3,12 miliar. "Bahkan kami mampu mencatat penjualan nitrogen senilai Rp3,69 miliar naik dari Rp2,40 miliar serta ada penjualan lain-lain sebesar Rp15,59 miliar," papar dia.
Baca juga: Chandra Asri Gandeng BRI Demi Dukung Rantai Nilai Industri Petrokimia |
Suplai ke perusahaan kelas kakap
Dari sekian banyak klien yang bekerja sama dengan SBMA, perusahaan menyuplai untuk perusahaan besar seperti PT Pama Persada Nusantara, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim), PT Petrosea Tbk, PT KTC Coal mining & Energy, PT Darma Henwa Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, PT Hexindo Adiperkasa Tbk, PT Pertamina (Persero), PT Sucofindo, dan lainnya.
Sedangkan untuk menjaga stabilitas produksi dan kelangsungan usaha yang baik dalam kurun waktu hingga 30 September 2023, perusahaan juga mengeluarkan biaya perbaikan dan perawatan senilai Rp83,14 juta, penambahan sewa iso tank Rp672,40 juta, dan peremajaan pada spare part mesin produksi dan biaya instalasi senilai Rp469,55 juta.
"Nilai tersebut kami keluarkan sebagai upaya untuk memperkokoh posisi sebagai pemain utama di industri ini dan mempersiapkan segala keperluan untuk produksi yang lebih banyak lagi di waktu yang akan datang," terang Rini.
Adapun jumlah ekuitas Rp215,16 miliar, menanjak dari akhir tahun sebelumnya senilai Rp211,07 miliar. Total liabilitas tercatat Rp59,81 miliar, naik tipis dari posisi akhir tahun lalu senilai Rp58,53 miliar.
"Sehingga total aset yang kami miliki per kuartal III-2023 senilai Rp274,98 miliar, menanjak dari episode akhir tahun sebelumnya sebesar Rp269,6 miliar," tutup Rini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News