Mengutip data Bloomberg, Kamis, 7 Desember 2023, rupiah hingga pukul 09.20 WIB berada di level Rp15.540 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 46 poin atau setara 0,30 persen dari Rp15.494 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Data JOLTs menunjukkan lowongan pekerjaan di AS menurun pada Oktober 2023, meningkatkan harapan akan pendinginan berkepanjangan di pasar tenaga kerja yang dapat membatasi ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam waktu yang lebih lama.
Meskipun pasar yakin The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lagi, ketidakpastian mengenai kapan tepatnya bank sentral akan mulai menurunkan suku bunga pada 2024 masih menjadi faktor utama ketidakpastian.
"Gagasan ini memberi dolar beberapa dukungan dalam beberapa sesi terakhir, begitu pula antisipasi pembacaan nonfarm payrolls pada Jumat," ungkap Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Menurut dia, perekonomian AS tetap tangguh, sehingga diperkirakan akan menjaga inflasi tetap stabil. Sementara pasar tenaga kerja juga mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk mereda dibandingkan perkiraan.
Para pedagang memperkirakan kemungkinan lebih dari 50 persen The Fed akan menurunkan suku bunganya paling cepat pada Maret 2024. Namun bank sentral sebagian besar mempertahankan retorikanya yang lebih tinggi untuk jangka panjang.
Di Asia, Tiongkok terpukul oleh lembaga pemeringkat Moody’s, yang menurunkan prospek kredit negara tersebut menjadi negatif dan menandai peningkatan risiko ekonomi akibat penurunan pasar properti. Moody's juga mengatakan Beijing perlu mengeluarkan lebih banyak stimulus untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
"Peringatan ini muncul setelah beberapa data perekonomian yang lemah di November, karena pemulihan pascacovid gagal terwujud tahun ini. Data perdagangan Tiongkok akan dirilis pada hari Kamis, dan diperkirakan akan terus menunjukkan pelemahan perekonomian," terang Ibrahim.
Baca juga: Dolar Nyaris Datar terhadap Mata Uang Dunia |
Waspada inflasi pangan jelang akhir tahun
Ibrahim mengungkapkan, tingkat inflasi pada Desember 2023 diperkirakan akan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah hari raya Natal dan Tahun Baru.
"Secara siklus inflasi di akhir tahun kecenderungan naik, terutama pada produk yang sifatnya bahan pangan," tutur dia.
Oleh karena itu, pemerintah diminta mewaspadai inflasi pangan terutama karena Indonesia baru mengalami badai El Nino yang dapat mengurangi pasokan bahan pangan. Di samping itu, pemerintah juga diminta mewaspadai inflasi karena peningkatan permintaan di tengah penyelenggaraan kampanye menuju pemilihan umum pada 2024.
Adapun bantuan sosial (bansos) yang akan digelontorkan oleh pemerintah dinilai tidak dapat secara signifikan mengatasi inflasi, tapi bisa mengurangi dampak inflasi terhadap daya beli masyarakat berpenghasilan rendah.
"Ketika inflasi menghantam atau menggerus daya beli masyarakat, maka pemerintah juga harus memastikan bansos terdistribusi dengan baik dan tepat sasaran ke masyarakat bawah," tegas Ibrahim.
Bank Indonesia (BI) menyebut inflasi terjaga sebagai hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi antara Bank Indonesia dan pemerintah pusat serta pemerintah daerah melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada November 2023 sebesar 2,86 persen secara tahunan atau lebih tinggi dari 2,56 persen secara tahunan pada bulan sebelumnya.
Inflasi tersebut tercatat masih berada di kisaran perkiraan pemerintah yang sebesar tiga persen plus minus satu persen pada tahun ini.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan ditutup menguat.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.460 per USD hingga Rp15.550 per USD," tutup Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News