Finex menyediakan akses trading emas dan perak secara transparan dan terukur. Foto: Istimewa
Finex menyediakan akses trading emas dan perak secara transparan dan terukur. Foto: Istimewa

Emas dan Perak Bersiap Menuju Level Baru di 2026, Ini Pendorong Utamanya

Annisa ayu artanti • 30 Desember 2025 18:36
Jakarta: Menjelang akhir tahun, emas dan perak kembali menjadi sorotan pasar global. Di tengah sinyal pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik, kedua logam mulia ini menunjukkan potensi fase reli yang lebih struktural dibanding siklus sebelumnya. 
 
Bagi pelaku pasar, termasuk trader logam mulia di Finex kondisi ini menjadi momentum penting untuk membaca arah pasar memasuki tahun baru.

Kebijakan The Fed jadi fondasi utama

Penguatan harga emas dan perak saat ini tidak terlepas dari perubahan ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan Federal Reserve. 
 
Inflasi AS yang melandai serta perlambatan pasar tenaga kerja memperkuat pandangan bahwa siklus pengetatan moneter mendekati akhir. 

Dalam kerangka ini, penurunan imbal hasil riil obligasi AS menjadi katalis utama penguatan emas, mengingat emas merupakan aset tanpa imbal hasil yang diuntungkan saat opportunity cost menurun.
 
“Ketika real yield mulai turun dan pasar melihat potensi pelonggaran moneter, emas secara historis selalu mendapat dorongan struktural. Kondisi saat ini sangat mirip dengan fase awal reli jangka panjang sebelumnya,” ujar Financial Analyst Finex, Brahmantya Himawan dalam keterangan tertulis, Selasa, 30 Desember 2025.
 
Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini Turun Tajam, Kembali Dekati Rp2,5 Juta

Dari safe haven ke aset bertumbuh

Seiring menguatnya peran emas sebagai aset lindung nilai, perhatian pasar mulai meluas ke logam mulia lain yang menawarkan potensi pertumbuhan lebih agresif. 
 
Dalam fase ketika investor tidak hanya mencari perlindungan, tetapi juga peluang ekspansi nilai, perak muncul sebagai pelengkap strategis dalam portofolio logam mulia.

Aset hybrid dengan potensi lebih agresif

Berbeda dengan emas yang dominan sebagai safe haven, perak memiliki karakteristik ganda sebagai logam mulia sekaligus komoditas industri. 
 
Lonjakan permintaan dari sektor energi terbarukan, kendaraan listrik, dan teknologi mendorong kinerja perak melampaui emas dalam setahun terakhir. 
 
Masuknya perak ke dalam daftar critical minerals di Amerika Serikat semakin memperkuat prospek jangka menengah hingga panjang, dengan potensi harga emas diproyeksikan bergerak di kisaran USD4.700-USD5.000 per troy ounce, sementara perak berpeluang mencapai USD90-USD120 per troy ounce pada 2026.
 
“Perak saat ini berada di persimpangan menarik antara kebutuhan industri dan minat investasi. Kombinasi ini membuat pergerakannya cenderung lebih agresif, terutama saat siklus ekonomi mulai bergeser,” jelas Brahmantya.

Prospek dan strategi menyambut tahun baru

Dengan mempertimbangkan faktor moneter, geopolitik, dan struktural, prospek emas dan perak memasuki 2025 tetap konstruktif. 
 
Bagi investor jangka panjang, logam mulia masih relevan sebagai aset lindung nilai. Sementara itu, bagi trader aktif, volatilitas dan tren kuat membuka peluang strategi follow the trend dengan manajemen risiko yang disiplin.
 
Sebagai pialang teregulasi yang menyediakan akses trading emas dan perak secara transparan dan terukur, Finex menghadirkan sarana bagi pelaku pasar untuk memanfaatkan momentum logam mulia melalui eksekusi cepat, dukungan analisis pasar, dan pendekatan manajemen risiko yang jelas. 
 
Di tengah dinamika global yang semakin kompleks, pemahaman fundamental yang kuat menjadi kunci dalam menjadikan emas dan perak bagian dari strategi finansial menghadapi tahun baru.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan