Ilustrasi laju inflasi tahun ini - - Foto: dok MI
Ilustrasi laju inflasi tahun ini - - Foto: dok MI

LPEM: 11 Bulan Berturut-turut Inflasi di Bawah Kisaran Target BI

Husen Miftahudin • 16 Juni 2021 14:55
Jakarta: Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mencatat Mei 2021 menjadi penanda bahwa sudah 11 bulan berturut-turut inflasi berada di bawah kisaran target Bank Indonesia (BI) sebesar 2-4 persen.
 
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengungkapkan momen Ramadan dan Idulfitri pada bulan tersebut masih tak mampu menyentuh target bank sentral lantaran pandemi covid-19.
 
"Perayaan Idulfitri biasanya meningkatkan angka inflasi karena harga cenderung meningkat melampaui kondisi keseimbangan pada umumnya. Namun, pandemi covid-19 yang berkepanjangan telah mengurangi angka inflasi tahun ini akibat banyak orang menjaga aktivitas mereka ke level minimum selama pembatasan mobilitas sosial," ujar Riefky dalam rilis Analisis Makroekonomi Edisi Juni 2021, Rabu, 16 Juni 2021.

Meskipun tanda-tanda permintaan domestik yang lemah masih terlihat, namun inflasi Mei melaju ke tingkat tertinggi dalam lima bulan terakhir. Hal ini akibat hari raya dan hari libur Idulfitri telah mendorong belanja konsumen yang lebih tinggi.
 
Riefky kemudian membeberkan bahwa IHK Mei 2021 meningkat di hampir seluruh komponen dibandingkan dengan inflasi bulan lalu. Ini ditandai oleh lonjakan inflasi umum tahunan menjadi 1,67 persen (yoy) dari 1,42 persen (yoy) pada April 2021.

 
"Inflasi umum Mei sebagian besar didorong oleh lonjakan musiman permintaan bahan makanan untuk kebutuhan hari raya ditambah dengan kenaikan harga transportasi selama pekan libur hari raya," ungkap dia.
 
Di sisi lain, inflasi inti tahunan dan bulanan juga meningkat menjadi 1,37 persen (yoy) dan 0,24 persen (mtm) dibandingkan 1,18 persen (yoy) dan 0,14 persen (mtm) pada April 2021. Data menunjukkan kenaikan harga emas perhiasan akibat kenaikan harga global dan permintaan domestik pada saat hari raya menjadi penyumbang utama tekanan inflasi pada inflasi inti
 
Meskipun inflasi inti Mei masih di bawah angka inflasi normal, lonjakan tersebut menunjukkan bahwa daya beli secara bertahap mulai pulih. Kondisi ini seiring dengan tanda-tanda awal kepercayaan publik dan pemulihan permintaan dari data Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) dan Indeks Manajer Pembelian (PMI) terbaru.
 
"Jika tanda-tanda pemulihan tetap ada, lonjakan musiman inflasi terbaru mungkin menjadi awal dari peningkatan inflasi yang berkelanjutan untuk mencapai target inflasi," tuturnya.
 
Lebih jauh lagi, perayaan hari raya juga berdampak pada lonjakan harga-harga barang bergejolak dari hanya 2,73 persen (yoy) di April menjadi 3,66 persen (yoy) pada Mei. Karena masyarakat membutuhkan lebih banyak bahan makanan untuk perayaan hari raya, harga kebutuhan pokok seperti daging ayam, ikan segar, dan minyak goreng melonjak mengikuti permintaan musiman.
 
Namun, menurut Riefky, lonjakan harga yang bergejolak relatif rendah karena beberapa komoditas menghadapi tekanan deflasi dari periode musim panen yang sedang berlangsung. Selain itu, inflasi bulanan untuk harga-harga barang yang diatur pemerintah melonjak menjadi 0,48 persen (mtm) dari 0,11 persen (mtm) pada bulan sebelumnya.
 
"Walaupun ada pembatasan mudik, besarnya kenaikan harga-harga barang yang diatur pemerintah masih disumbang oleh lonjakan harga tiket pesawat dan perjalanan kereta api pada hari libur di hari raya. Namun demikian, kenaikan harga yang bergejolak dan harga yang diatur pemerintah ini kemungkinan besar hanya bersifat sementara untuk tekanan inflasi," tutup Riefky.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan