Mengutip Bloomberg, Rabu, 14 Juni 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp14.906 per USD, turun 43,5 poin atau setara 0,29 persen dari posisi Rp14.863 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, sebenarnya perekonomian Indonesia saat ini terus positif. Hal tersebut bisa terlihat dari data ekonomi yang cukup bagus, baik data PMI Indonesia, neraca perdagangan, neraca pembayaran, cadangan devisa, dan lainnya.
"Namun, membaiknya perekonomian Indonesia akan terhambat oleh laju perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai mitra bisnis utamanya," ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya.
Menurutnya, perlambatan ekonomi Tiongkok dikhawatirkan pasar dapat berdampak pada pelemahan kinerja ekspor Indonesia mengingat Negeri Tirai Bambu tersebut merupakan salah satu mitra dagang utama dan terbesar bagi Indonesia.
"Namun demikian, ekspor Indonesia tidak banyak dari manufaktur sehingga komoditas ekspor yang diekspor yang terkait komoditas masih dibutuhkan Tiongkok untuk menopang pemulihan," papar dia.
Dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di Tiongkok, ia menyarankan agar pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus tetap waspada dan terus menerapkan strategi bauran ekonomi guna untuk memperkuat pondasi perekonomian Indonesia. Sebagai penguatnya adalah Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja.
"Dengan melihat pelemahan mata uang rupiah, maka Bank Indonesia harus terus melakukan intervensi di perdagangan valuta asing dan obligasi dalam bentuk rupiah di pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Sehingga, bisa menahan laju pelemahan mata uang rupiah lebih dalam lagi," terang Ibrahim.
Baca juga: Takluk Versus Dolar AS, Rupiah Rabu Sore Ditutup Rp14.906 |
Faktor eksternal
Di sisi lain, dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya dan berjuang untuk menemukan teman selama sesi saat ini setelah data inflasi AS yang lemah. Kondisi ini sebagian besar memperkuat pandangan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga, sekaligus sebagai antisipasi perlambatan ekonomi Tiongkok.
Adapun, indeks harga konsumen AS naik hanya 0,1 persen bulan lalu, peningkatan tahun-ke-tahun sebesar 4,0 persen. Ini menjadi kenaikan terkecil sejak Maret 2021.
"Dengan jeda sekarang sebagian besar diperkirakan, ketidakpastian sebagian besar tergantung pada 'bahasa' yang akan digunakan pejabat Fed untuk memandu langkah di masa depan, yaitu, apakah bank sentral ingin memperkuat gagasan bahwa siklus pengetatan belum selesai," urainya.
Sementara itu, bank sentral Tiongkok memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam 10 bulan terakhir dan menghasilkan spekulasi lebih banyak stimulus sedang dalam perjalanan karena Beijing berupaya mendukung pemulihan ekonomi pascacovid yang tersendat-sendat.
Di Inggris Raya, data ekonomi yang dirilis hari Rabu menunjukkan produk domestik bruto Inggris tumbuh sebesar 0,2 persen (mtm) pada April, seperti yang diharapkan. Tetapi, sektor manufaktur dan konstruksi mengalami kontraksi.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, ia memprediksi, rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali mengalami pelemahan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp14.890 per USD hingga Rp14.960 per USD," tutup Ibrahim.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News