Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan skema kredit murah tersebut akan sulit direalisasikan lantaran bank tidak akan langsung menerima permohonan pinjaman yang berisiko tinggi dalam situasi penularan covid-19. Karenanya, inisiatif Pemerintah diperlukan setidaknya menjamin industri yang punya kredibilitas untuk bertahan dan kembali tumbuh.
"Kredit baru dipermudah, Pemerintah harus memberikan jaminan tentunya dengan assessment, kriteria dan sebagainya," kata Tauhid kepada Medcom.id, Rabu, 8 April 2020
Menurutnya, Pemerintah terlebih dahulu perlu menentukan mana saja industri yang bisa mendapatkan stimulus dan posisinya berada di jurang kebangkrutan. Selain kemudahan akses, Pemerintah juga bisa mendorong penangguhan pembayaran selisih bunga.
"Bank sekarang tidak mungkin kasih penurunan suku bunga terlalu rendah dan pemerintah bisa inisiatif memberikan suntikan. Bunga pinjaman ditanggung pemerintah tapi selektif, transparan dan untuk industri yang sebenernya punya kinerja baik," paparnya.
Tauhid menambahkan bahwa untuk menyelamatkan perekonomian, penanganan virus korona di Tanah Air perlu dilakukan dengan tepat dan cepat. Penerapan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) perlu diimplementasikan maksimal untuk memutus rantai penularan. Sehingga, pelaku industri punya kepastian menerapkan outlook pertumbuhan.
"Sektor industri mampu bergerak banyak, seharusnya Pemerintah bisa menyiapkan stimulus yang agak lebih baik dibandingkan yang diberikan selama ini," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan pihaknya telah melakukan pemetaan terhadap sektor-sektor industri yang terdampak virus korona (covid-19). Secara umum hampir semua sektor industri terkena dampak sehingga perlu diberi perhatian lebih.
“Di antaranya yang mengalami hard hit seperti industri otomotif, industri besi baja, industri pesawat terbang dan MRO, kereta api dan galangan kapal, industri semen, keramik, kaca, industri regulator, peralatan listrik, dan kabel, industri elektronika dan peralatan telekomunikasi, industri tekstil, industri mesin dan alat berat, serta industri meubel dan kerajinan,” papar Agus melalui keterangan tertulisnya, Selasa, 7 April 2020.
Sementara itu, industri yang terdampak moderat antara lain industri petrokimia dan industri karet. Sedangkan industri yang memiliki demand tinggi yang bisa memperkuat neraca perdagangan, antara lain industri makanan dan minuman, industri farmasi dan fitofarmaka, serta industri alat pelindung diri (APD), alat kesehatan dan ethanol, masker, dan sarung tangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News