Mengutip data Bloomberg, Sabtu, 15 Agustus 2020, nilai tukar rupiah pada awal pekan atau Senin, 10 Agustus, berada di level Rp14.648 per USD. Lalu pada Selasa, 11 Agustus, nilai tukar rupiah tertekan ke posisi Rp14.680 per USD. Kemudian pada Rabu, 12 Agustus, mata uang Garuda kembali tertekan ke Rp14.760 per USD.
Sedangkan pada Kamis, 13 Agustus, nilai tukar rupiah lagi-lagi tertekan ke level Rp14.775 per USD. Kemudian pada akhir pekan atau Jumat, 14 Agustus, nilai tukar rupiah kembali tumbang ke level Rp14.795 per USD. Pekan ini rupiah sulit bertahan dari gempuran mata uang Garuda, ada sentimen positif berupa penyampaian Nota Keuangan menyambut 17 Agustus.
Di sisi lain, kurs dolar Amerika Serikat merosot lagi pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB), jatuh selama delapan minggu berturut-turut. Kondisi itu terjadi karena investor membidik mata uang lain yang ekonominya saat ini mengungguli Amerika Serikat dalam hal mengelola pandemi virus korona.
Sabtu, 15 Agustus 2020, pada perdagangan sore, indeks dolar tergelincir sebanyak 0,1 persen menjadi 93,124. Indeks mencatat penurunan delapan minggu berturut-turut, kerugian beruntun terburuk sejak Juni 2010.
Dolar tidak bergerak setelah data menunjukkan kenaikan 1,2 persen pada angka utama penjualan ritel AS pada Juli, yang lebih rendah dari perkiraan. Akan tetapi lebih tinggi dari perkiraan kenaikan sebesar 1,9 persen, tidak termasuk otomotif.
Sedangkan penundaan lolosnya stimulus AS tambahan untuk bantuan virus korona juga tidak membantu dolar. Penurunan dolar selama delapan minggu berturut-turut mewakili penurunan mingguan terpanjang dalam satu dekade, data Refinitiv menunjukkan, dengan kumpulan data ekonomi AS yang lumayan gagal mengangkat greenback.
"Karena jumlah kasus virus korona yang lebih tinggi di AS, Anda memiliki prospek pembatasan yang lebih lama. Anda memiliki prospek hambatan yang lebih lama terhadap perilaku manusia dan itu berarti pemulihan yang lebih lambat di Amerika Serikat daripada negara maju lainnya," kata Kepala Analisis Pasar Monex Europe Ranko Berich, di London.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News