"Dalam perdagangan akhir pekan ini, rupiah ditutup melemah 42 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 50 poin di level Rp14.265 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp14.214 per USD," ucap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dikutip dari siaran persnya, Rabu, 29 Desember 2021.
Ibrahim menjelaskan kembali, beberapa investor memperingatkan masih sulit untuk membaca arah nyata dolar dari pergerakannya baru-baru ini karena banyak pedagang yang libur untuk liburan.
"Seminggu sebelum dan satu setelah Natal adalah periode volatilitas rendah untuk sebagian besar kelas aset termasuk FX. Tahun ini beberapa kecenderungan musiman akan bercampur dengan varian Omicron yang mengancam akan memaksa pembatasan baru dan pasar masih memproses satu minggu penuh dengan keputusan bank sentral utama," terangnya.
Namun, ING tetap bullish pada dolar AS dalam jangka panjang karena kenaikan suku bunga yang akan segera terjadi oleh Federal Reserve AS dan berkurangnya kemungkinan pengetatan aktivitas dan mobilitas masyarakat di masa depan.
The Fed secara luas diperkirakan akan mulai menaikkan suku bunga sebelum beberapa bank sentral utama lainnya, seperti Bank Sentral Eropa, telah membantu indeks dolar AS untuk mencapai tahun terbaiknya pada 2021 sejak 2015.
"Otoritas kesehatan AS pada Senin mempersingkat waktu isolasi yang direkomendasikan untuk orang AS dengan kasus covid-19 tanpa gejala menjadi lima hari dari panduan sebelumnya 10 hari. Selain itu, investor juga mencermati dampak varian Omicron covid-19 dengan optimisme varian baru tersebut tidak akan terlalu mengganggu pemulihan ekonomi global," tutur Ibrahim.
Faktor dalam negeri
Dari dalam negeri, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengakui eksekusi anggaran kementerian/lembaga sempat terhambat saat pandemi covid-19 varian delta yang merebak pada pertengahan 2021. Hal tersebut menyebabkan penyerapan belanja negara menjadi lesu, sementara belanja bantuan sosial dan kesehatan meningkat.
Kemudian, anggaran kesehatan dari yang sekitar Rp40 triliun pun naik dua kali lipat lantaran merebaknya varian delta yang menyebabkan lonjakan kasus aktif hingga 50 ribu per hari. Dana tersebut termasuk isolasi mandiri, isolasi terpusat, atau masuk rumah sakit, semuanya dibiayai negara.
"Sedangkan para pasien covid-19 yang melakukan isolasi mandiri dibiayai negara melalui pemberian paket obat dan vitamin, sedangkan yang melakukan isolasi terpusat juga diberikan makanan dari biaya pemerintah. Begitu pula dengan yang dirawat di rumah sakit dengan biaya yang diklaim dari APBN," urainya.
Maka dari itu, pemerintah pun menyelesaikan seluruh klaim rumah sakit yang masih tersisa pada 2020 di tahun ini, sehingga saat memasuki tahun 2022 tak ada lagi klaim yang tertinggal karena ada perbedaan klaim biaya covid-19 karena masalah tata kelola atau governance, termasuk masih adanya perbedaan standar rumah sakit.
"Dengan demikian, tugas Kementerian Kesehatan bisa menciptakan tata kelola dan akuntabilitas yang semakin baik dalam hal anggaran penanganan covid19 kedepannya," ungkap Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id