Ilustrasi. Foto: AFP/Adek Berry.
Ilustrasi. Foto: AFP/Adek Berry.

Menilik Sejarah Krisis Moneter 1998

Medcom • 13 Mei 2024 20:43
Jakarta: Krisis moneter 1998 dipicu oleh penurunan harga aset, kesulitan pembayaran utang oleh bisnis dan konsumen, serta likuiditas yang rendah di lembaga keuangan.
 
Investor panik menjual aset dan menarik uang dari rekening tabungan. Sementara gelembung keuangan spekulatif, sehingga pasar saham jatuh dan pemerintah gagal bayar hingga mata uang mengalami krisis.
 
Kronologi dimulai dari lumpuhnya ekonomi sejak Juli 1997 disertai dengan masalah lain seperti krisis valuta asing, musim kering, hama, kebakaran hutan, dan kurangnya transparansi dalam arus dana luar negeri. Sektor swasta banyak mengambil pinjaman luar negeri dengan jatuh tempo pendek.

Bermacam penyebab krisis moneter 1998 membuat negara Indonesia mengalami keterpurukan ekonomi. Melansir laman OCBC, berikut penyebab dari krisis moneter 1998 di Indonesia yaitu:
 

Nilai rupiah menurun


Krisis moneter mulai terlihat sejak Agustus 1997 dengan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Mata uang rupiah merosot dari rata-rata Rp2.450 pada Juni 1997 menjadi Rp13.513 pada Januari 1998. Cadangan devisa negara tidak cukup untuk menahan penurunan nilai mata uang rupiah.
 

Tingginya utang luar negeri


Besarnya utang luar negeri, terutama pada sektor swasta. Pada Maret 1998, total utang luar negeri Indonesia mencapai USD138 miliar, yang setengahnya dimiliki oleh swasta. Sebagian besar utang tersebut bersifat jangka pendek dan akan jatuh tempo pada akhir 1998. Cadangan devisa negara pada saat itu hanya sekitar USD14,4 miliar. Hal itu tidak cukup untuk membayar kembali utang dan suku bunganya.
 

Pemerintah tidak cepat tanggap


Penyebab krisis moneter 1998 juga dipengaruhi oleh tata kelola pemerintah dalam menangani masalah ekonomi yang semakin memburuk. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi politik yang terfokus pada pemilihan umum terakhir dan kesehatan Presiden Soeharto pada waktu itu.
 

Solusi IMF gagal


Berbagai pihak telah mengkritik IMF terkait krisis di Asia. Keluhan termasuk ketidaksesuaian program IMF yang terlalu seragam dengan masalah yang berbeda di setiap negara, pelanggaran kedaulatan negara donor, dan dampak yang tidak efektif di Indonesia, Thailand, dan Korea Selatan.
 
Kritik juga mengarah pada kurangnya pemahaman IMF terhadap penyebab krisis moneter 1998 yang menghambat solusi dengan tepat. Salah satu saran IMF, yaitu menuntut surplus anggaran belanja negara, dianggap tidak relevan karena Indonesia memiliki surplus anggaran pada tahun 1996-1997. Memang krisis moneter dan ekonomi menjadi ujian berat bagi Indonesia, tetapi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) berhasil menemukan solusi yang tepat.
 
 
Baca juga: IMF: Dunia Kini Menghadapi Krisis di Atas Krisis

Dampak krisis moneter


Tentunya krisis moneter 1998 membawa dampak yang cukup banyak untuk masyarakat di Indonesia. Mengutip laman Gramedia, berikut dampaknya:
 

1. Banyak pengusaha gulung tikar


Perusahaan yang tidak mampu membayar utang akhirnya bangkrut. Selain  itu, sebagian besarnya menggunakan bahan baku impor sehingga perusahaan membutuhkan dolar Amerika Serikat untuk membelinya. Namun, rupiah mengalami penurunan drastis sehingga tidak bisa membeli bahan baku dan harus kehilangan bisnisnya. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah pekerja dan peningkatan kemiskinan secara signifikan.
 

2. Seluruh bank di Indonesia dihadapi kredit macet


Dampak penurunan nilai tukar rupiah membuat seluruh bank di Indonesia mengalami sejarah kredit yang buruk karena banyak bisnis gagal membayar utang mereka. Kredit macet ini mengakibatkan kerugian bagi bank-bank yang semakin merugi sehingga pemerintah memutuskan untuk menggabungkan beberapa bank dalam rangka menyelamatkan perekonomian Indonesia.
 

3. Harga bahan pokok naik


Setelah krisis mengakibatkan tingkat pengangguran meluas, nilai tukar rupiah terus terdepresiasi dengan harga komoditas pokok naik. Kenaikan harga bahan pokok membuat masyarakat resah karena kehilangan daya beli dan memicu aksi protes di mana-mana.
 

4. Negara asing kehilangan kepercayaan


Pada saat itu, Indonesia menerima investasi asing dengan cukup terbuka untuk menanam modal di perusahaan dalam negeri. Pemerintah mencoba mencocokkan nilai tukar rupiah dengan harga pasar, tetapi nilai tukar rupiah malah mencapai angka yang mengejutkan. Hal ini membuat investor asing kehilangan kepercayaan pada hasil investasi di Indonesia lalu menyebabkan mereka meninggalkan Indonesia dalam jumlah besar. Selain itu, menimbulkan banyak bisnis yang gulung tikar karena kekurangan infus dari luar negeri.
 

5. Digelarnya demo besar-besaran


Protes besar-besaran terjadi di Indonesia, termasuk dari mahasiswa. Awalnya, protes berlangsung damai, tetapi tiba-tiba terjadi bentrokan antara mahasiswa dan polisi tanpa diketahui siapa yang memulainya. Bentrokan ini memicu peristiwa besar lainnya. Protes berlangsung dari pertengahan 1998 hingga akhir tahun, dengan tuntutan agar Presiden Soeharto segera mengundurkan diri.
 

6. Kerusuhan hingga memakan banyak jiwa


Protes meluas di seluruh Indonesia untuk menuntut pencabutan Orde Baru karena dianggap gagal meningkatkan perekonomian. Namun, protes berubah menjadi pertumpahan darah setelah empat mahasiswa Trisakti tewas. Insiden mengerikan itu memicu kemarahan publik dan protes berlanjut hingga sore hari.
 

7. Penjarahan dan isu rasisme terus meningkat


Kemarahan publik terjadi dengan penjarahan dan serangan terhadap orang-orang suku Tionghoa setelah isu rasisme yang mendadak muncul. Perampokan dan serangan ini melanggar hak asasi manusia dan meluas tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di kota-kota lain. Aparat tidak dapat mengendalikan situasi ini dan aspirasi rakyat Indonesia pada saat itu adalah pergantian pemerintahan, memaksa pemerintahan Orde Baru untuk mundur. Kejadian tragis ini memperkuat ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan menginginkan perubahan.
 

8. Jatuhnya kekuasaan orde baru


Mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR untuk memaksa Presiden Soeharto mengundurkan diri. Hal tersebut menyebabkan.J. Habibie yang menggantikan posisi Soeharto. Pergeseran kekuasaan ini menandai pemulihan Indonesia dari krisis. Di bawah kepemimpinan Presiden Habibie, rupiah berhasil pulih menjadi Rp6.500. (Indy Tazkia Aulia)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan