"BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan BI-7DRR pada RDG Agustus ini. Ekspektasi inflasi cenderung terkendali meskipun terdapat potensi peningkatan khususnya pada kuartal IV-2022, sejalan dengan second round effect dari peningkatan inflasi harga bergejolak dan inflasi harga diatur pemerintah," ungkapnya kepada Media Indonesia, Rabu, 17 Agustus 2022.
Lebih lanjut, Josua menambahkan pertimbangan lain BI masih mempertahankan suku bunga acuan adalah nilai tukar rupiah yang cenderung stabil.
Hal ini ditopang oleh kinerja keseimbangan eksternal yang terindikasi dari neraca transaksi berjalan pada kuartal II-2022 yang diperkirakan akan tercatat surplus sekitar 1,5 persen sampai 1,65 persen terhadap PDB, yang akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek.
Baca juga: BI Diprediksi Bakal Kerek Suku Bunga hingga 4,25% di Tahun Ini |
Selain itu, sentimen di pasar keuangan global pascarilis data inflasi AS yang cenderung melandai sehingga mendukung kebijakan The Fed yang less-hawkish, sehingga juga akan membatasi penguatan dolar AS.
Namun demikian, Josua menekankan, keputusan suku bunga acuan BI akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah.
"Terutama terkait penyesuaian harga BBM pertalite yang belakangan ini sedang dipertimbangkan oleh pemerintah untuk dilakukan penyesuaian harga. Ini pada akhirnya akan mempengaruhi ekspektasi inflasi dalam jangka pendek ini," tutur Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News