Ilustrasi. Foto: dok MI/Pius Erlangga.
Ilustrasi. Foto: dok MI/Pius Erlangga.

Ini Faktor yang Buat Rupiah Melempem

Husen Miftahudin • 24 Agustus 2022 18:57
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah berada di level Rp14.848 per USD, melemah 11 poin atau setara 0,07 persen dari posisi Rp14.837 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah utamanya disebabkan oleh data ekonomi yang lemah akibat Tiongkok mengalami kekeringan dan kekurangan listrik. Selain itu, fokus sekarang beralih ke komentar dari Federal Reserve tentang laju kenaikan suku bunga tahun ini.
 
"Pemerintah Tiongkok telah mengumumkan langkah-langkah penghematan listrik di kota-kota besar lainnya termasuk Beijing dan Chongqing. Namun, kekurangan listrik tampaknya sebagian besar musiman, dan dapat membaik dengan berlalunya musim panas," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya, Rabu, 24 Agustus 2022.

Tetapi, lanjutnya, krisis listrik terjadi pada saat ekonomi Tiongkok sudah terhuyung-huyung dari penutupan terkait covid-19. Hambatan lebih lanjut ke sektor industri, yang sudah berada di wilayah kontraksi, dapat menghambat pemulihan.
 
Kekeringan parah dan kekurangan listrik di provinsi Sichuan telah mendorong penutupan beberapa pabrik besar, menghambat upaya yang lebih luas oleh Pemerintah Tiongkok untuk mendukung pertumbuhan ekonomi setelah perlambatan yang didorong oleh covid-19 tahun ini.
 
"Fokus sekarang adalah pada pidato Ketua Fed Jerome Powell di Jackson Hole Symposium yang diharapkan memberikan lebih banyak isyarat tentang kebijakan moneter. Pedagang secara luas mengharapkan Ketua untuk mempertahankan sikap hawkish-nya, yang akan menandai kenaikan suku bunga lebih tajam tahun ini," paparnya.
 
Dari dalam negeri, Ibrahim memandang kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen menjadi langkah yang tepat dan dilakukan secara forward guidance untuk mengelola ekspektasi inflasi. Karena inflasi di tingkat produsen sudah jauh lebih tinggi dibanding di tingkat konsumen.
 
"Ini merupakan pilihan yang tepat ketimbang BI menunggu inflasi naik dulu baru menaikkan bunga (behind the curve). Bila terlambat (behind the curve), maka bunga harus dinaikkan secara tajam untuk mengejar ketertinggalan. Ini akan membuat dampaknya pada ekonomi lebih berat," terang Ibrahim.
 
Baca juga: Yah! Rupiah Ditutup Melempem ke Rp14.848/USD

 
Sedangkan alasan lainnya sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi yang akan diumumkan akhir Agustus 2022 dan inflasi pangan yang terus meningkat.
 
"Selain menaikan suku bunga acuan, BI juga menerapkan kebijakan bauran strategi untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," paparnya.
 
Ibrahim memprediksi, rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif dan rupiah diprediksi ditutup masih kembali melemah. "Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.830 per USD sampai Rp14.890 per USD," tutup Ibrahim.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan