Jakarta: Indonesia diperkirakan mencetak surplus neraca transaksi berjalan sebesar 0,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2022. Surplus ini bakal didorong oleh pertumbuhan signifikan nilai ekspor berbagai komoditas nonmigas .
"Transaksi berjalan 2022 mungkin mencetak surplus moderat untuk tahun kedua berturut-turut sebesar 0,4 persen dari PDB versus perkiraan kami sebelumnya," kata Ekonom Senior DBS Group Research Radhika Rao dalam keterangan resminya, dikutip Kamis, 19 Mei 2022.
Radhika menyoroti operasi militer Rusia ke Ukraina yang telah memberikan dampak pada kenaikan harga komoditas global. Perang itu memberikan dampak inflasi bagi Indonesia karena kenaikan harga komoditas.
Namun di sisi lain, Indonesia juga menikmati keuntungan kuat di sektor nonmigas, terutama pada komoditas batu bara, minyak kelapa sawit, nikel, logam dasar, dan lainnya.
"Sekalipun Indonesia adalah negara pengimpor bersih (net importir) minyak, defisit ini diatasi oleh keuntungan kuat di sektor nonmigas, terutama batu bara, minyak sawit, nikel, logam dasar," ujarnya.
Bahkan sebelum lonjakan harga komoditas baru-baru ini, kata Radhika, tren positif sudah terjadi pada 2021 setelah harga bahan bakar mineral naik lebih dari 70 persen secara tahunan, diikuti kenaikan barang-barang manufaktur sebesar 53 persen dan batu bara sebesar 90 persen.
Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan rekor surplus tertinggi yaitu mencapai USD7,56 miliar, yang lebih tinggi dibandingkan dengan surplus Maret 2022 sebesar USD4,54 miliar.
Surplus tersebut bersumber dari kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas. Surplus neraca perdagangan nonmigas mencapai USD9,94 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar USD6,62 miliar.
Adapun ekspor nonmigas meningkat dari USD25,09 dolar AS pada Maret 2022 menjadi USD25,89 dolar AS pada April 2022. Peningkatan ekspor nonmigas terutama bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam yang membaik, seperti bahan bakar mineral termasuk batu bara, bijih logam, serta besi dan baja didukung oleh harga global yang masih tinggi.
Radhika pun memperkirakan kinerja ekspor Indonesia ke depan akan terus meningkat meskipun terpengaruh oleh kebijakan dalam negeri seperti upaya memastikan kecukupan stok komoditas utama termasuk batu bara dan minyak kelapa sawit.
"Kinerja ekspor yang tetap kuat akan meningkatkan surplus neraca perdagangan dan transaksi berjalan," pungkas dia.
"Transaksi berjalan 2022 mungkin mencetak surplus moderat untuk tahun kedua berturut-turut sebesar 0,4 persen dari PDB versus perkiraan kami sebelumnya," kata Ekonom Senior DBS Group Research Radhika Rao dalam keterangan resminya, dikutip Kamis, 19 Mei 2022.
Radhika menyoroti operasi militer Rusia ke Ukraina yang telah memberikan dampak pada kenaikan harga komoditas global. Perang itu memberikan dampak inflasi bagi Indonesia karena kenaikan harga komoditas.
Namun di sisi lain, Indonesia juga menikmati keuntungan kuat di sektor nonmigas, terutama pada komoditas batu bara, minyak kelapa sawit, nikel, logam dasar, dan lainnya.
"Sekalipun Indonesia adalah negara pengimpor bersih (net importir) minyak, defisit ini diatasi oleh keuntungan kuat di sektor nonmigas, terutama batu bara, minyak sawit, nikel, logam dasar," ujarnya.
Bahkan sebelum lonjakan harga komoditas baru-baru ini, kata Radhika, tren positif sudah terjadi pada 2021 setelah harga bahan bakar mineral naik lebih dari 70 persen secara tahunan, diikuti kenaikan barang-barang manufaktur sebesar 53 persen dan batu bara sebesar 90 persen.
Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan rekor surplus tertinggi yaitu mencapai USD7,56 miliar, yang lebih tinggi dibandingkan dengan surplus Maret 2022 sebesar USD4,54 miliar.
Surplus tersebut bersumber dari kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas. Surplus neraca perdagangan nonmigas mencapai USD9,94 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar USD6,62 miliar.
Adapun ekspor nonmigas meningkat dari USD25,09 dolar AS pada Maret 2022 menjadi USD25,89 dolar AS pada April 2022. Peningkatan ekspor nonmigas terutama bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam yang membaik, seperti bahan bakar mineral termasuk batu bara, bijih logam, serta besi dan baja didukung oleh harga global yang masih tinggi.
Radhika pun memperkirakan kinerja ekspor Indonesia ke depan akan terus meningkat meskipun terpengaruh oleh kebijakan dalam negeri seperti upaya memastikan kecukupan stok komoditas utama termasuk batu bara dan minyak kelapa sawit.
"Kinerja ekspor yang tetap kuat akan meningkatkan surplus neraca perdagangan dan transaksi berjalan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News