Ilustrasi. Foto: Medcom.id/ Mohammad Rizal.
Ilustrasi. Foto: Medcom.id/ Mohammad Rizal.

Menjaga Diri dari Perkembangan Teknologi Informasi

Ade Hapsari Lestarini • 10 Maret 2022 06:08
Jakarta: Perkembangan teknologi informasi memberikan banyak kemudahan dan dampak positif kepada masyarakat. Inovasi masyarakat dalam memanfaatkan teknologi, telah memberikan nilai tambah dalam perekonomian. Namun perlu diingat, di balik potensi yang luar biasa terhadap perkembangan teknologi informasi, juga menimbulkan aspek negatif. Masyarakat diminta untuk lebih berhati-hati menyebarkan data pribadi ke dunia maya.
 
Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun memberikan perhatian penuh agar data pribadi setiap warga negara perlu dilindungi. Sehingga literasi kepada masyarakat agar tidak pernah memberikan data-data pribadi kepada siapapun terus digencarkan.
 
"Kecuali memang kita punya tujuan misalnya, buka rekening atau apapun yang memang terpercaya," ungkap Sekretaris Jenderal Kementerian Kominfo Rosarita Niken Widiastuti, beberapa waktu lalu.

Niken mengatakan, Pemerintah juga membuka ruang kepada semua pihak yang mendorong pentingnya literasi digital. "Sehingga kolaborasi antara pemerintah, dunia bisnis dan juga lembaga swadaya masyarakat atau gerakan siber kreasi atau relawan TIK ini sangat penting sekali. Data sekarang itu adalah aset yang sangat luar biasa sekali," ungkap dia.

Pandemi dorong perilaku masyarakat berteknologi

Saat ini, layanan perbankan digital juga mengedepankan nilai kemudahan dan kenyamanan pengguna, serta memberikan kontrol sepenuhnya kepada pengguna dalam mengelola akunnya. Situasi pandemi secara tidak langsung mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam mengadopsi teknologi untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk kebutuhan perbankan.
 
Namun demikian, Cyber Security Researcher & Consultant Teguh Aprianto, menjelaskan telah terjadi kenaikan kejahatan siber dengan modus rekayasa sosial (social engineering) selama pandemi. Hal ini diikuti dengan meningkatnya kejahatan siber yang mengintai para pengguna platform digital, salah satunya yang marak terjadi adalah dengan modus social engineering.
 
Oleh karena itu, sebagai pengguna layanan, terutama dalam ranah digital, nasabah juga harus lebih berhati-hati saat menerima telepon, pesan singkat, ataupun pesan melalui media sosial yang mengaku dari pihak bank tertentu yang meminta data-data atau informasi bersifat pribadi dan rahasia, atau mengklik suatu tautan tertentu.
 
"Penyedia layanan bertanggung jawab untuk menjaga keamanan data dan dana nasabah, namun nasabah juga perlu waspada untuk turut melindungi data milik mereka agar tidak disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab," ujar Teguh.

Digital banking

Digital Banking Head BTPN Irwan Tisnabudi mengatakan, keamanan data dan dana nasabah adalah prioritas. Dia mengatakan, Jenius dilengkapi sistem keamanan berlapis untuk memastikan keamanan bertransaksi dan penyimpanan data. Serta menggunakan teknologi berstandar internasional, isolasi dan proteksi data berlapis, dan diawasi oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
 
"Kasus-kasus penipuan yang terjadi pada nasabah Jenius adalah kejahatan siber dengan modus rekayasa sosial (social engineering). Oleh sebab itu, kami mempunyai program Jenius Aman untuk mengedukasi masyarakat tentang keamanan data pribadi agar dapat terhindar dari kejahatan siber yang terus berkembang," ungkap Irwan.
 
Dia menjelaskan, Jenius menyediakan fitur keamanan yang mendukung nasabah untuk bertransaksi menggunakan aplikasi dengan aman. Fitur keamanan tersebut antara lain:
  1. Keamanan berlapis berupa Personal Identification Number (PIN).
  2. Kata sandi atau password dan autentikasi biometrik untuk masuk ke aplikasi Jenius.
  3. Pengaturan limit transaksi.
  4. Pengaturan PIN di setiap kartu debit.
  5. Notifikasi yang menyeluruh dan dapat disesuaikan.
  6. Fitur block dan unblock kartu debit Jenius langsung melalui aplikasi.
  7. Fitur Jenius Pay yang membantu nasabah bertransaksi online tanpa perlu memasukkan informasi rahasia yang terdapat di kartu debit di sebuah platfrom digital.
Seiring dengan meningkatnya kasus rekayasa sosial yang terjadi, ada beberapa langkah keamanan guna memperkecil risiko penyalahgunaan akun Jenius oleh oknum yang tidak bertanggung jawab akibat pengguna yang terperdaya memberikan informasi rahasia, termasuk kode OTP (one-time password).
 
"Dalam melakukan penambahan keamanan dan edukasi keamanan digital ini, Jenius juga berkokreasi bersama masyarakat digital savvy di Indonesia. Proses kokreasi tersebut salah satunya dilakukan melalui Jenius Study bertajuk Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Data-Data Pribadi yang Bersifat Rahasia," paparnya.
 
Studi ini dilaksanakan pada September 2021 yang melibatkan 637 responden berusia 21 hingga 30 tahun. Dalam studi ini ditemukan hanya satu dari 10 anggota masyarakat digital savvy yang memahami dan menyadari modus kejahatan siber rekayasa sosial (social engineering). Dalam hasil survei yang sama, ditemukan tujuh dari 10 anggota masyarakat digital savvy belum memahami nama dan tanggal kedaluwarsa yang tertera di kartu debit merupakan informasi rahasia yang sama pentingnya dengan informasi lainnya, seperti PIN, nomor CVV, dan 16 digit kartu.
 
"Dari hasil survei juga ditemukan, dari 10 anggota masyarakat digital savvy, lima di antaranya pernah dihubungi oknum kejahatan siber, dan satu dari lima anggota masyarakat digital savvy tersebut teperdaya memberikan data pribadi melalui WhatsApp call, link, website, dan akun media sosial palsu," paparnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan