"Paling cepat akhir tahun depan (2022), itu memikirkan masalah suku bunga," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati secara virtual, Selasa, 24 Agustus 2021.
Adapun suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate saat ini berada pada level yang terendah sepanjang sejarah, yakni 3,50 persen. Sejak pandemi muncul di Indonesia, bank sentral telah memangkas bunga acuan sebanyak 125 basis poin (bps).
Bank sentral bahkan telah menahan suku bunga kebijakan rendahnya sebanyak enam kali berturut-turut sejak Maret 2021. Suku bunga acuan 3,50 persen sendiri terjadi sejak Februari 2021, dari level 3,75 persen.
Selain menurunkan bunga acuan, Bank Indonesia juga kemungkinan akan mengurangi injeksi likuiditas secara bertahap. Hal ini mengingat tingkat likuiditas yang ada di perbankan sudah cukup besar, bahkan alat likuid per Dana Pihak Ketiga (DPK) sudah mencapai 34 persen.
"Tingkat likuiditas kita besar sekali, alat likuid per DPK itu 34 persen. Kalau kami kurangi sedikit, tidak akan memengaruhi sama sekali pemulihan ekonomi dan kredit," jelasnya.
Guna menekan tingkat inflasi yang diperkirakan akan bergerak tinggi di tahun 2023, Bank Indonesia juga bakal berkoordinasi erat dengan pemerintah pusat dan daerah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
"Bapak Presiden telah menginstruksikan kepada kita untuk berkoordinasi mengendalikan inflasi dalam TPIP/TPID," tutup Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News