Mengacu data RTI, Kamis, 30 Mei 2024, IHSG melemah 1,49 persen atau 106,08 dibandingkan posisi pembukaan perdagangan menjadi 7.034,14.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG hanya bisa menyentuh level tertingginya di 7.140,77. Sementara itu, terpantau sempat menyentuh level terendah hingga 6.984,97.
Total saham yang telah diperdagangkan hari ini sebanyak 19,49 miliar dengan nilai Rp14,18 triliun.
Baca juga: Pagi-pagi Tersungkur 1,12%, IHSG Lanjutkan Pelemahan |
Pada perdagangan hari ini terdapat 349 saham emiten yang hingga akhir penutupan bergerak melemah. Sedangkan 185 saham lainnya menguat dan 242 saham stagnan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) dari sebelas indeks sektoral, hanya satu indeks yang tercatat menguat, yaitu sektor kesehatan dengan penguatan 0,25 persen.
Sedangkan sektor yang mengalami pelemahan terdalam adalah sektor material dasar yang melemah 2,1 persen. Lalu disusul sektor infrastruktur dan teknologi yang masing-masing melemah 1,86 persen dan 1,52 persen.
Beralih ke bursa Asia, pelemahan juga terjadi pada Nikkei 225 Index yaitu minus 1,3 persen. Kemudian, Hang Seng Index melemah 1,34 persen, dan Shanghai Composite Index yang terkontraksi 0,62 persen.
Faktor pelemahan IHSG
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan, pelemahan terjadi seiring dengan lonjakan imbal hasil global.Hal tersebut merupakan efek dari sentimen pasar karena bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, sehingga pasar memiliki pandangan ketidakpastian mengenai waktu dan ukuran penurunan suku bunga The Fed.
Sebelumnya, pernyataan Presiden Fed Atlanta Bostic mengatakan jalur menuju inflasi dua persen belum pasti dan kenaikan harga masih signifikan.
Dengan demikian, pasar berspekulasi bahwa The Fed dapat menunda dimulainya siklus pelonggaran, atau bahkan memutuskan untuk tidak menurunkan suku bunga sama sekali pada tahun ini, alhasil pasar menahan diri masuk pada pasar ekuitas.
Di sisi lain Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyebut prospek kenaikan suku bunga dalam jangka panjang akan semakin sulit untuk menahan kebutuhan pinjaman AS, karena dengan kenaikan suku bunga akan berdampak pada defisit dan membebani utang AS.
"IHSG dan bursa regional Asia melemah, seiring tekanan lonjakan imbal hasil global yang menekan pasar keuangan ekuitas," sebut tim riset.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News