Direktur Keuangan PGN Arie Nobelta Kaban mengungkapkan 2020 merupakan tahun penuh tantangan bagi PGN, karena ketidakpastian kondisi global dan nasional akibat pandemi covid-19 yang sangat berdampak pada kinerja PGN selama 2020.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dikutip Senin, 12 April 2021, manajemen menyampaikan rugi tersebut dipicu oleh penurunan pendapatan yang cukup tajam yaitu sebesar 25,19 persen dari USD3,85 miliar menjadi USD2,88 miliar.
Adapun rincian penurunan pendapatan tersebut di antaranya berasal dari pos pendapatan pihak berelasi untuk bisnis niaga gas turun dari USD991,22 juta menjadi USD799,35 juta di 2020.
Lalu, bisnis pemrosesan gas turun menjadi USD31,13 juta. Kemudian masih dari pihak berelasi untuk pendapatan transportasi minyak dan jasa regasifikasi masing-masing turun menjadi USD9,98 juta dan 46,14 juta.
Sementara untuk pos pendapatan mengalami penurunan dari pihak ketiga di antaranya dari bisnis niaga gas dari USD1,98 miliar menjadi USD1,5 miliar. Lalu bisnis penjualan minyak dan gas dari USD219,04 juta menjadi USD47,31 juta.
Selanjutnya, bisnis transmisi gas dari USD76,85 juta menjadi USD60,37 juta. Lalu bisnis transportasi minyak serta pendapatan pemrosesan gas menjadi USD8,03 juta dan USD6,38 juta.
Dalam laporan keuangan itu juga dijelaskan, PGN mencatat penurunan penjualan gas untuk industri dan komersial, rumah tangga, serta SPBG dari USD2,97 miliar menjadi USD2,29 miliar di 2020. Sementara beban pokok pendapatan turun dari USD2,62 miliar menjadi USD2,03 miliar.
Lebih lanjut, tak hanya dari sisi pendapatan, rugi PGN ini juga disebabkan oleh peningkatan pos beban, di antaranya beban lain-lain dari USD34,19 juta menjadi USD64,15 juta.
Sedangkan untuk beban lainnya, PGN berhasil mencatat penurunan seperti beban niaga dan infrastruktur menjadi USD351,93 juta, beban umum dan administrasi menjadi USD176,57 juta.
Rugi yang dicatatkan PGN juga didorong oleh penurunan nilai aset eksplorasi dan evaluasi sebesar USD3,26 juta. Lalu penurunan nilai properti minyak dan gas sebesar USD75,68 juta, provisi atas sengketa pajak sebesar USD278,37 juta.
Kendati demikian, PGN tetap mencatatkan peningkatan aset per 31 Desember 2020, dari USD7,37 miliar menjadi USD7,53 miliar. Adapun rinciannya, liabilitas sebesar USD4,58 miliar dan ekuitas sebesar USD2,95 miliar.
Arie pun optimistis di tahun ini, perusahaan masih bisa bertahan dan mencatatkan keuangan yang cukup baik. Sebab, ada banyak strategi dan upaya yang dilakukan perusahaan agar bisa menjaga kondisi keuangan perusahaan.
"Diharapkan dari upaya dan strategi jangka panjang yang akan dilaksanakan, di 2021 PGN akan mendapatkan reserve tax, realisasi insentif, keuntungan kegiatan operasional, efisiensi, dan optimasi capex dan opex, yang bermuara pada mencetak laba dan perbaikan kinerja," ujar Arie dalam keterangan tertulis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News