"Anak-anak muda adalah pewaris negara kita ke depan. Anak muda akan menjadi pelaku-pelaku ekonomi. Anak-anak muda harus mengetahui bagaimana mendapatkan penghasilan dan tidak bergantung dengan orangtua serta bagaimana mempersiapkan masa depan," kata Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK Horas Tarihoran, Rabu, 26 Agustus 2020.
Sementara itu, Allianz Indonesia melalui Yayasan Allianz Peduli berpandangan, anak-anak muda dengan rentang usia 16 sampai 22 tahun atau lebih dikenal dengan sebutan generasi z perlu diedukasi secara baik tentang keuangan. Pasalnya, mereka memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ketua Yayasan Allianz Peduli Ni Made Daryanti menjelaskan generasi z di Indonesia mencapai 72,8 juta atau sekitar 27 persen dari 260 juta jiwa di Indonesia pada 2019. Besarnya jumlah generasi z ini tentu tidak bisa dikesampingkan dan perlu diedukasi sebaik mungkin agar bisa bermanfaat bagi perekonomian Tanah Air di masa mendatang.
"Mereka memiliki dua pandangan. Pandangan ini yang mendorong mereka untuk memilih menghabiskan pendapatan mereka ke hal-hal yang sedang happening untuk kemudian di posting di media sosial daripada menyesuaikan pendapatan mereka untuk ditabung saat hari tua atau untuk berkarya agar stabil secara finansial," tuturnya.
Berangkat dari itu, Allianz Indonesia melalui Yayasan Allianz Peduli terus mengedukasi generasi z agar lebih melek finansial sehingga dalam tujuan panjang membantu menciptakan perekonomian negara yang lebih baik lagi. Tentu harapannya ekonomi Indonesia bisa lebih kuat dan tangguh di kemudian hari.
"Allianz Indonesia melalui Yayasan Allianz Peduli berkomitmen untuk menjalankan berbagai macam program CSR sesuai dengan empat pilarnya. Rangkaian dilakukan untuk mendorong peningkatan literasi keuangan anak-anak muda usia 16 sampai 22 tahun," ucapnya.
Financial Trainer Ligwina Hananto menambahkan perencanaan keuangan bagi seseorang diperlukan termasuk anak muda. Mengatur keuangan penting, lanjutnya, pertama karena dengan mengatur keuangan akan membantu seseorang untuk berkenalan dengan cara mengendalikan diri.
"Kedua, kita ini manusia yang banyak keinginan tapi kemampuan kita terbatas. Ketiga, kita akan mengalami adanya inflasi. Selama negara kita berkembang kita akan berhadapan dengan inflasi. Konsep sederhana merencanakan keuangan itu ibarat kita melakukan perjalanan. Titik berangkat adalah keuangan kita dan tujuannya adalah tujuan finansial kita," urainya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, ketika seseorang hendak merencanakan keuangan maka jangan fokus pada produk keuangan semata. Seseorang perlu menentukan dulu target finansialnya, setelah itu baru memilih produk keuangan yang memang bisa memfasilitasi pencapaian target finansial yang sudah ditentukan.
"Kalau tujuannya jelas maka pilihan produknya akan menyesuaikan diri. Jadi produknya yang melayani tujuan. Bukan tujuan yang melayani produknya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News