Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan, respons kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter sebenarnya sudah cepat dalam merespons kondisi pandemi covid-19. Meskipun cukup efektif dalam meredam dampak negatif, tetapi hal ini tidak cukup untuk menggerakkan perekonomian seperti yang diharapkan.
"Jadi kebijakan BI dengan melalukan pelonggaran itu ternyata tidak efektif dan mengulang kegagalan kembali, karena tidak efektif menggerakkan perekonomian," kata dia dalam video conference, Rabu, 29 Desember 2021.
Ia mencontohkan, saat ini suku bunga acuan BI sudah turun 150 basis poin (bps) sejak Januari tahun lalu. Sayangnya penurunan ini hanya diikuti secara cepat oleh penurunan suku bunga deposito yang mencapai 278 bps, sedangkan suku bunga kredit baru turun 117 bps atau lebih lambat dibandingkan penurunan suku bunga acuan BI.
"Itu juga adalah yang di data statistik. Tapi kalau kita pertanyaan secara langsung kepada mereka yang memiliki kredit di perbankan, berapa banyak yang mengalami penurunan suku bunga kredit. Misalnya kita punya kredit di bank, dan cicilan itu besarnya misal satu bulan Rp1 juta, besarnya cicilan itu sejak 2018-2019 sampai sekarang itu tidak berkurang Rp1 pun," ungkapnya.
Stimulasi penurunan kredit perbankan
Padahal, lanjut Piter, yang diharapkan oleh bank sentral adalah penurunan suku bunga acuan bisa menstimulasi penurunan kredit di perbankan. Dengan penurunan ini masyarakat diharapkan memiliki daya beli, sementara bagi debitur korporasi pelonggarannya bisa dimanfaatkan untuk tetap menjalankan bisnis sehingga perekonomian bergerak."Dengan menurunkan suku bunga tersebut yang terjadi adalah daya beli masyarakat itu naik, konsumsi naik, konsumsi naik itulah yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Tapi yang kita alami tidak mengalami penurunan cicilan, tidak mengalami penurunan suku bunga kredit, artinya tidak ada dampak terhadap kemampuan daya beli kita," jelas dia.
Ia menambahkan, kondisi ini membuat dampak penurunan suku bunga acuan terhadap kenaikan konsumsi maupun investasi tidak terjadi sebagaimana mestinya. Padahal yang diharapkan dengan suku bunga rendah ini adalah minat investasi akan meningkat, sehingga pertumbuhan kredit perbankan juga akan terdorong.
"Yang terjadi suku bunga acuan turun, suku bunga kredit rigid enggak turun. Kalau pun turun sangat minimal, permintaan kredit juga rendah. Itulah yang menjelaskan di tengah pandemi permintaan kredit sangat minimal, pertumbuhan kredit masih sangat kecil. Kalau kemarin masih negatif, sekarang sudah beranjak naik tapi masih sangat minimal," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News