Ilustrasi. Foto: MI
Ilustrasi. Foto: MI

Hampir Seluruh Sektor Melemah, IHSG Ambles 1,11%

Annisa ayu artanti • 21 Mei 2024 17:38
Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan sore ini.
 
Mengacu data RTI, Selasa, 21 Mei 2024, IHSG merosot 1,11 persen atau setara 80,65 poin dibandingkan dengan posisi pembukaan perdagangan, yaitu dari 7.266,82 menjadi 7.186,03.
 
Sebanyak 15,31 miliar saham telah ditransaksikan hari ini dengan nilai Rp11,95 triliun.
 
Terpantau sebanyak 350 saham emiten melemah pada perdagangan hari ini. Lalu jumlah saham yang mengalami penguatan sebanyak 211 saham dan saham lainnya sebanyak 213 stagnan.
 
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, dari sebelas sektor saham hanya satu yang bergerak positif, yaitu sektor transportasi sebesar 0,67 persen.
 
Sementara sepuluh sektor lainnya bergerak melemah. Adapun pelemahan terdalam terjadi pada sektor saham konsumen siklikal yaitu minus 1,62 persen. Kemudian disusul oleh sektor keuangan dan kesehatan yang masing-masing minus 1,54 persen dan 1,31 persen.
 
Baca juga: IHSG 'Lagi Senang' Main Jungkat-jungkit Pagi Ini

Pelemahan indeks terjadi di Asia

Masih mengacu data RTI, pelemahan IHSG hari ini sejalan dengan pelemahan bursa saham regional Asia. Contohnya, Nikkei 225 Index melemah 0,31 persen, Hang Seng Index melemah 2,12 persen, Shanghai Composite Index melemah 0,42 persen, dan Straits Times Index melemah 0,19 persen.

Pasar saham bergantung stabilitas rupiah 

Senior Portofolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma menyampaikan pasar saham akan mendapatkan dampak positif seiring meningkatnya fokus Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas mata uang rupiah.
 
“Kami melihat BI akan tetap mempertahankan suku bunga tinggi hingga terdapat pemangkasan suku bunga The Fed. Penurunan suku bunga BI yang prematur, berpotensi menimbulkan risiko terhadap volatilitas rupiah,” ujar Samuel dilansir Antara.
 
Ia menjelaskan upaya BI menaikkan suku bunga sebesar 6,25 persen pada akhir April 2024 merupakan kebijakan antisipatif dalam menciptakan bantalan bagi rupiah apabila sentimen risk-off global terus berlanjut.
 
“Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kenaikan suku bunga dapat membantu memperlambat depresiasi nilai tukar rupiah,” ujar Samuel.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan