Pelemahan rupiah berdampak negatif bagi barang-barang impor karena harganya menjadi lebih mahal. Aliran modal masuk (capital inflow) akan semakin tertahan lantaran risiko nilai tukar yang mengalami peningkatan.
"Tapi (dengan keadaan pandemik virus korona) saat ini, aliran modal masuk memang sudah terhenti," ujar Piter kepada Medcom.id di Jakarta, Selasa, 17 Maret 2020.
Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah justru membuat daya saing ekspor Indonesia mengalami perbaikan. Sebab, barang-barang asal Indonesia menjadi lebih murah harganya.
Namun demikian, saat ini permintaan global juga sedang menurun. Ini imbas merebaknya penyebaran covid-19 sehingga permintaan terhadap barang-barang asal Indonesia menurun drastis.
"Dalam kondisi seperti sekarang ini rupiah masih akan terus melemah. Tapi dampak pelemahan rupiah sekarang ini tidak besar terhadap perekonomian kita," ungkapnya.
Menurut Piter, pelemahan rupiah di tengah tantangan virus korona merupakan fenomena yang wajar. "Fokus pemerintah dan juga kita sebaiknya lebih kepada upaya bersama dalam mengatasi penyebaran virus korona," tegas Piter.
Menukil Bloomberg, nilai tukar rupiah hari ini ditutup di posisi Rp15.172 per USD. Posisi mata uang Garuda itu melemah 240 poin atau 1,61 persen dari posisi penutupan hari sebelumnya di Rp14.932 per USD.
Sementara kurs Jakarta Interbank Spot Dolar Rate atau Jisdor menempatkan rupiah di posisi Rp15.083 per USD. Kurs Jisdor yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI) itu mengalami pelemahan 265 poin dari nilai tukar rupiah kemarin sebesar Rp14.818 per USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News