"Nilai tukar rupiah pada 16 Juni 2021 menguat 0,49 persen secara rerata dan 0,30 persen secara point to point (ptp) dibandingkan dengan level Mei 2021," ujar Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI secara virtual, Kamis, 17 Juni 2021.
Perry menjelaskan bahwa penguatan mata uang Garuda tersebut didorong oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik. "Hal tersebut seiring dengan penurunan ketidakpastian pasar keuangan global dan persepsi investor yang membaik terhadap prospek ekonomi domestik," tegasnya.
Meskipun demikian, nilai tukar rupiah hingga 16 Juni 2021 secara year to date (ytd) mencatat depresiasi sekitar 1,32 persen dibandingkan akhir 2020. Namun angka itu dinilai relatif lebih rendah dari negara lain di kawasan seperti Thailand, Korea Selatan (Korsel), dan Malaysia.
"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental dan bekerjanya mekanisme pasar melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," ucap Perry.
Adapun nilai tukar rupiah merosot tajam hingga siang ini. Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap USD melemah signifikan sebanyak 125 poin atau setara 0,88 persen ke posisi Rp14.362 per USD dari Rp14.237 per USD pada penutupan perdagangan di hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah juga berada di zona merah pada posisi Rp14.340 per USD. Rupiah melemah hingga 80 poin atau setara 0,60 persen dari Rp14.255 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan di level Rp14.257 per USD atau melemah hanya 13 poin dari nilai tukar rupiah pada perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14.244 per USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News