Mengutip Jisdor Bank Indonesia, Sabtu, 17 Juli 2021, nilai tukar rupiah pada perdagangan di awal pekan ini atau Senin, 12 Juli, berada di posisi Rp14.486 per USD. Pada Selasa, 13 Juli, mata uang Garuda stabil di level Rp14.486 per USD. Lalu pada Rabu, 14 Juli, nilai tukar rupiah tertekan ke posisi Rp14.493 per USD.
Sedangkan pada Kamis, 15 Juli, mata uang Garuda kembali melemah ke level Rp14.503 per USD. Kemudian di akhir pekan atau tepatnya Jumat, 16 Juli, nilai tukar rupiah tertekan lagi ke posisi Rp14.517 per USD. Sejauh ini mata uang Garuda belum berani pindah ke zona hijau seiring kasus covid-19 yang terus melonjak.
Sementara itu, nilai tukar mata dolar AS sedikit menguat terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB). Dolar AS mencatat kenaikan mingguan terbesar dalam sebulan, setelah data penjualan ritel yang optimistis mendorong ekspektasi bahwa pertumbuhan ekonomi meningkat pada kuartal kedua.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,11 persen menjadi 92,675. Indeks dolar menguat 0,60 persen minggu ini. Penjualan ritel AS secara tak terduga meningkat pada Juni karena permintaan barang-barang tetap kuat bahkan ketika pengeluaran beralih kembali ke bidang jasa-jasa.
Sebuah survei yang menunjukkan sentimen konsumen AS turun tajam dan tak terduga pada awal Juli ke level terendah dalam lima bulan, karena kekhawatiran inflasi merusak kepercayaan pada pemulihan ekonomi, tidak banyak mempengaruhi dolar yang lebih kuat.
Data AS yang solid dan pergeseran ekspektasi suku bunga setelah Federal Reserve pada Juni mengisyaratkan kenaikan lebih cepat dari perkiraan pada 2023 telah membantu mengangkat dolar dalam beberapa pekan terakhir.
Penguatan dolar terjadi meskipun Ketua Fed Jerome Powell mengulangi pada Kamis waktu setempat bahwa kenaikan inflasi kemungkinan akan bersifat sementara dan bahwa bank sentral AS akan terus mendukung perekonomian.
"Data itu konsisten dengan ekonomi yang membuat langkah substansial dan memperkuat ekspektasi pertumbuhan kuartal kedua yang sangat kuat sekitar 10 persen," kata Analis Pasar Senior Western Union Business Solutions Joe Manimbo, di Washington.
"Latar belakang kenaikan inflasi, penurunan pengangguran, dan konsumen yang tangguh membuat kasus yang menarik bagi The Fed untuk melepaskan stimulus," pungkas Manimbo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News