Ilustrasi mata uang rupiah  - - Foto: AFP/ Bay Ismoyo
Ilustrasi mata uang rupiah - - Foto: AFP/ Bay Ismoyo

Reli Dolar AS Melambat Bikin Rupiah Tancap Gas

Husen Miftahudin • 18 November 2021 16:27
Jakarta: Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap mata uang lainnya sehingga mendorong para investor untuk mengantisipasi perlambatan reli.
 
"Patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun mencatat kenaikan moderat, tetapi mundur dari level tertinggi tiga minggu selama sesi sebelumnya. Lelang obligasi 20 tahun juga mengecewakan," ujar Ibrahim dalam siaran persnya, Kamis, 18 November 2021.

 
Ibrahim menjelaskan bahwa data penjualan ritel AS yang kuat awal pekan ini menambahkan bahan bakar ke reli dolar baru-baru ini, yang dimulai pekan lalu setelah angka inflasi AS yang kuat mendukung taruhan pasar, Federal Reserve harus menaikkan suku bunga sekitar pertengahan tahun depan.

Federal Reserve AS hanya akan menyelesaikan pengurangan aset pada pertengahan 2022. Namun, bank sentral akan terus memantau apakah rekor inflasi tingkat tinggi akan turun seperti yang dia harapkan.
 
Di seberang Atlantik, lonjakan inflasi Inggris pada Oktober meningkatkan ekspektasi bahwa Bank of England akan menaikkan suku bunga pada Desember. Indeks Harga Konsumen (IHK) tumbuh lebih tinggi dari perkiraan 1,1 persen (mtm) dan 4,2 persen (yoy).
 
"Di tempat lain di Eropa, Bank Sentral Eropa harus siap untuk mengendalikan inflasi di zona euro jika terbukti lebih tahan lama dari perkiraan," papar Ibrahim.
 
Dari sisi domestik, Ibrahim memandang positif proyeksi pemerintah terhadap defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada akhir 2021 yang akan mengecil menjadi 5,2 persen sampai 5,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar Rp873,6 triliun.
 
"Proyeksi defisit anggaran itu lebih rendah ketimbang asumsi di UU APBN 2021 yang sebesar 5,7 persen PDB atau Rp1.006,4 triliun. Estimasi penurunan defisit fiskal ini karena realisasi penerimaan negara yang cukup kuat hingga akhir Oktober 2021," jelasnya.
 
Sedangkan hingga akhir Oktober 2021 ini, belanja pemerintah pusat tumbuh 5,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hingga akhir 2021, realisasi belanja pemerintah pusat diperkirakan masih akan tumbuh lebih tinggi mencapai 10,4 persen.

 
"Dalam pagu belanja pemerintah pusat itu, belanja kementerian dan lembaga mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yakni mencapai 14,8 persen. Sedangkan untuk belanja TKDD, masih terdapat kendala dengan pertumbuhan yang minus 7,9 persen," terang Ibrahim.
 
Adapun mengutip data Bloomberg pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap USD melesat ke level Rp14.220 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 23 poin atau setara 0,17 persen dari posisi Rp14.243 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah juga berada di zona hijau pada posisi Rp14.226 per USD. Rupiah menguat sebanyak 29 poin atau setara 0,20 persen dari Rp14.255 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan di level Rp14.231 per USD atau naik 28 poin dari nilai tukar rupiah pada perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14.259 per USD.
 
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.190 per USD hingga Rp14.240 per USD," pungkas Ibrahim.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan