"Secara tahunan, inflasi IHK tercatat 1,60 persen (yoy), sedikit meningkat dari inflasi Agustus 2021 sebesar 1,59 persen (yoy)," ujar Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI secara virtual, Selasa, 19 Oktober 2021.
Perry melanjutkan bahwa inflasi inti tetap rendah sejalan dengan belum kuatnya permintaan domestik, terjaganya stabilitas nilai tukar, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia pun mengarahkan ekspektasi inflasi pada kisaran target.
Adapun inflasi kelompok volatile food melambat, disebabkan pasokan barang yang memadai. Inflasi administered prices sedikit meningkat sejalan masih berlanjutnya dampak kenaikan cukai tembakau.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi diprakirakan berada di bawah titik tengah kisaran sasarannya 3,0 persen plus minus satu persen pada 2021 dan terjaga dalam kisaran sasaran 3,0 persen plus minus satu persen pada 2022.
"Bank Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI dan TPID) guna menjaga inflasi IHK dalam kisaran targetnya," tuturnya.
Mengutip rilis perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah, Bank Indonesia memproyeksi perkembangan IHK sepanjang Oktober 2021 akan terjadi inflasi sebesar 0,09 persen (mtm). Meski demikian, bank sentral memastikan bahwa tingkat perkembangan harga tersebut masih berada pada level yang rendah dan terkendali.
"Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) pada pekan kedua Oktober 2021, perkembangan harga pada Oktober 2021 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,08 persen (mtm)," ungkap Direktur - Kepala Grup Departemen Komunikasi BI Muhamad Nur.
Dengan perkembangan tersebut, lanjutnya, maka perkiraan bank sentral terhadap inflasi Oktober 2021 secara tahun kalender sebesar 0,88 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,62 persen (yoy).
Nur membeberkan, penyumbang utama inflasi Oktober 2021 yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,06 persen(mtm); minyak goreng sebesar 0,02 persen (mtm); cabai rawit, rokok kretek filter, dan angkutan udara masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain telur ayam ras sebesar 0,03 persen (mtm); tomat sebesar 0,02 persen (mtm); bayam, kangkung, sawi hijau, bawang merah, dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News