Direktur Chandra Asri Petrochemical Suryandi mengatakan kondisi ini membuat perusahaan tercatat menderita kerugian bersih sebesar USD19 juta. Kondisi ini berbanding terbalik dengan capaian perseroan di periode sama 2019 yang berhasil meraup laba bersih sebanyak USD32,1 juta.
"Penurunan sebesar USD51 juta sebagian besar disebabkan oleh margin produk yang terkompresi pada kuartal I-2020, diimbangi oleh pengendalian biaya atas pengeluaran operasi yang lebih ketat, dan pajak yang lebih rendah. Tetapi dengan rebound yang terjadi di semester II-2020," ujar Suryandi dalam keterangan tertulisnya, Senin, 26 Oktober 2020.
Sementara itu, EBITDA hingga kuartal III-2020 turun 57,9 persen menjadi USD65,5 juta dari USD155,4 juta (yoy). Hal ini imbas anjloknya industri petrokimia global pada kuartal I-2020, di mana permintaan produk petrokimia anjlok drastis akibat perang dagang, penambahan kapasitas, serta perlambatan ekonomi global karena pandemi covid-19.
Meskipun demikian, perseroan optimistis industri petrokimia bakal pulih pada paruh kedua tahun ini. Hal ini karena pulihnya permintaan dari Tiongkok dan Asia Timur Laut, sehingga mendorong peningkatan permintaan kemasan plastik sebagai produk berbiaya rendah dan higienis.
"Posisi neraca kami tetap solid dengan kumpulan likuiditas sebesar USD797 juta per 30 September 2020 termasuk kas dan setara kas sebesar USD516 juta," ungkap Suryadin.
Chandra Asri juga secara proaktif melakukan percepatan pelunasan sebesar USD125 juta dari secured term loan terakhir pada Juli 2020 (jatuh tempo pada 2023), membeli kembali obligasi dolar Amerika Serikat (USD) sebesar USD20 juta di pasar terbuka, dan menerbitkan obligasi rupiah dalam negeri sebesar USD68 juta.
"Hal ini untuk secara proaktif mengelola struktur modal sekaligus mengurangi biaya pendanaan secara keseluruhan," pungkas Suryadin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id