Ilustrasi. FOTO: MI/ROMMY PUJIANTO
Ilustrasi. FOTO: MI/ROMMY PUJIANTO

Penurunan Pendapatan Picu Laba Adaro Anjlok 63,65% di 2020

Annisa ayu artanti • 05 Maret 2021 10:24
Jakarta: PT Adaro Energy Tbk (ADRO) membukukan laba bersih sebesar USD146,93 juta di sepanjang 2020. Pencapaian itu turun sebanyak 63,65 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di posisi USD404,19 juta.
 
Berdasarkan keterangan resmi perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, 5 Maret 2020 penurunan laba terjadi seiring dengan penurunan pendapatan usaha perseroan. Perseroan mencatat pendapatan sepanjang 2020 sebesar USD2,53 miliar atau turun 27 persen dari capaian 2019 sebesar USD3,46 miliar.
 
Penurunan pos pendapatan disebabkan penurunan 18 persen pada harga jual rata-rata dan penurunan sembilan persen pada volume penjualan. "Kondisi makro dan industri yang sulit akibat pandemi covid-19 memberikan tekanan besar terhadap permintaan batu bara dan harga batu bara global di 2020," kata Presiden Direktur dan Chief Executive Officer AE Garibaldi Thohir.

Pada 2020, beban pendapatan juga turun 21 persen menjadi USD1,96 miliar karena dipicu oleh hasil penurunan nisbah kupas maupun harga bahan bakar. Untuk beban usaha, Adaro mencatat penurunan 29 persen menjadi USD165 juta. Penurunan beban usaha akibat penurunan 45 persen pada beban penjualan dan pemasaran dan penurunan 44 persen pada biaya profesional.
 
Dari capaian tersebut, Garibaldi menuturkan royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah Indonesia juga lebih rendah menjadi USD271 juta atau menurun sebanyak 29 persen dari tahun sebelumnya.
 
"Kinerja kami mencerminkan resiliensi model bisnis yang terintegrasi, berkat fokus pada efisiensi dan keunggulan operasional di seluruh lini bisnis. Walaupun harus menghadapi banyak tantangan, dari pandemi global sampai cuaca yang tidak mendukung, kami mampu memenuhi panduan produksi batu bara dan EBITDA operasional yang telah direvisi," jelas Garibaldi.
 
Adapun perusahaan mencatat EBITDA operasional sebesar USD883 juta, yang melampaui panduan EBITDA operasional yang telah direvisi yakni USD600 juta hingga USD800 juta. Untuk total aset, perseroan mencatat penurunan sebesar 12 persen menjadi USD6,38 miliar.
 
Aset lancar turun 18 persen menjadi USD1,73 miliar, terutama karena penurunan kas dan piutang usaha dari pihak ketiga. Aset nonlancar turun sembilan persen menjadi USD4,65 miliar, terutama karena penurunan investasi pada perusahaan patungan, penurunan properti pertambangan, dan penurunan aset tetap.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan