"Dalam perdagangan sore ini, rupiah ditutup menguat 23 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 24 poin di level Rp14.341 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp14.364 per USD," ungkap Ibrahim dalam siaran persnya, Kamis, 20 Januari 2022.
Ibrahim menjelaskan The Fed secara luas diperkirakan akan memperketat kebijakan moneter yang jauh lebih cepat dari yang diperkirakan sebulan lalu, guna mengekang inflasi yang terus-terusan melonjak. Apalagi, pergerakan inflasi ini menjadi ancaman terbesar bagi ekonomi AS pada 2022.
Saat ini, investor tengah menunggu keputusan kebijakan Fed berikutnya, yang akan diturunkan pada 26 Januari 2022. Pada hal lainnya, harga minyak mentah berada dalam tren yang meningkat dan berkontribusi terhadap kekhawatiran inflasi.
Di Inggris Raya, data inflasi menunjukkan bahwa indeks harga konsumen tumbuh 5,4 persen (yoy) dan 0,5 persen (mtm) di Desember 2021. Input indeks harga produsen tumbuh 13,5 persen (yoy) tetapi terkontraksi 0,2 persen (mtm).Angka yang lebih tinggi dari perkiraan dapat menekan Bank of England untuk menaikkan suku bunga.
"Sementara itu, Bank Rakyat Tiongkok tampaknya akan memulai jalur yang berbeda dari mitranya di AS. Bank sentral Tiongkok memangkas suku bunga pinjaman satu tahun (LPR) dari 3,8 persen menjadi 3,7 persen dan LPR lima tahun dari 4,65 persen menjadi 4,6 persen," terang dia.
Dari sisi domestik, para pelaku pasar tengah fokus pada keputusan Bank Indonesia (BI) dalam menetapkan suku bunga acuan untuk periode awal tahun 2022, yang pada akhirnya masih tetap di level 3,50 persen.
"Pelaku pasar memperkirakan BI-7 Days Reverse Repo Rate akan mulai naik pada pertengahan 2022, sebanyak 50 basis point (bps). Namun kenaikan ini akan tergantung dari perkembangan inflasi di dalam negeri," pungkas Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News