Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, hingga akhir 2021 restrukturisasi kredit BRI tersisa Rp156 triliun dari Rp256 triliun. Artinya, tren restrukturisasi BRI sekarang semakin melandai.
"Alhamdulilah sekarang posisi yang sekarang masih menyandang status kredit direstrukturisasi tinggal Rp156 triliun," kata Sunarso dalam BRI Microfinance Outlook 2022, Kamis, 10 Februari 2022.
Ia menjelaskan, sebagian besar kredit yang dilakukan UMKM berhasil dilunasi. Lalu sebagian lagi berhasil dilunasi, namun kembali mengajukan kredit. Kemudian ada yang masuk dalam daftar kredit yang tidak bisa diselamatkan. Kredit yang harus hapus buku tersebut tidak lebih dari lima persen.
"Dari seluruh kredit yang direstrukturisasi, yang benar-benar tidak diselamatkan artinya kita harus right off tidak lebih dari lima persen," sebutnya.
Meskipun demikian, Sunarso juga menyebutkan jumlah kredit yang tidak diselamatkan tersebut masih dalam level aman, karena BRI telah mencadangkan biaya untuk risiko nasabah gagal bayar (Loan at Risk) lebih dari 30 persen sesuai dengan pemerintah komisaris utama.
"Alhamdulillah, kita cadangkan lebih sebenarnya," ucapnya.
Sunarso juga menyebut, perseroan juga menjaga kualitas kredit yang disalurkan, yang terlihat dari rasio kredit macet (non performing loan/NPL) sebesar 3,08 persen. Menurutnya, dengan capaian NPL tersebut BRI cukup baik dalam mengelola kredit.
"Dari kondisi itu NPL kita terjaga di level 3,08 persen, main di kredit mikro, main kredit UMKM NPL 3,08 persen sangat manageable," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News