Jakarta: PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) tidak akan mengubah target pertumbuhan kredit tahun ini meski kondisi ekonomi sudah membaik.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan pertumbuhan kredit perseroan masih dipatok dikisaran 7-10 persen. Adapun permintaan kredit sudah mulai tumbuh kisaran 8-9 persen.
"Setelah hari raya memang banyak sekali permintaan kredit. Dari kami so far sih enggak ada revisi target di kisaran 7-10 persen," ucapnya dalam paparan publik, Selasa, 26 April 2022.
Dengan pemulihan ekonomi yang mulai terjadi, lanjutnya, ada beberapa sektor yang diproyeksikan akan mendorong pertumbuhan kredit perseroan, di antaranya adalah sektor infrastruktur, logistik, listrik dan gas, hingga pergudangan.
"Dengan mulai menguatnya komoditas perbaikan ekonomi sehingga infra di listrik dan gas, di logistik, di pergudangan, di digital juga tinggi juga permintaannya. Tidak kalah tinggi juga permintaan di hilirisasi," sebutnya.
Menurutnya, sektor hilirisasi kedepannya merupakan sektor yang sangat potensial berdampak pada permintaan kredit. Pasalnya, pemerintah mulai menggalakkan pelarangan ekspor komoditas mentah. Komoditas-komoditas setidaknya telah melalui proses smelting.
"Tidak kalah tinggi juga permintaan di hilirisasi, downstream di komoditi ini akan pembangunan smelter akan semarak dan besar karena potensi pemerintah akan mulai banyak melarang mengekspor barang yang belum jadi," jelasnya.
Namun demikian, BNI tidak menutup kemungkinan untuk merevisi pertumbuhan kredit tahun ini. Manajemen akan melihat perkembangannya pada kuartal II-2022.
"Tapi kalau kuartal II kalau memang pertumbuhannya cukup tinggi ya baru nanti akan coba sesuaikan kalau memang dirasa perlu di pertengahan tahun. So far masih cukup lah dengan pertumbuhan sekarang ini," pungkasnya.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan pertumbuhan kredit perseroan masih dipatok dikisaran 7-10 persen. Adapun permintaan kredit sudah mulai tumbuh kisaran 8-9 persen.
"Setelah hari raya memang banyak sekali permintaan kredit. Dari kami so far sih enggak ada revisi target di kisaran 7-10 persen," ucapnya dalam paparan publik, Selasa, 26 April 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dengan pemulihan ekonomi yang mulai terjadi, lanjutnya, ada beberapa sektor yang diproyeksikan akan mendorong pertumbuhan kredit perseroan, di antaranya adalah sektor infrastruktur, logistik, listrik dan gas, hingga pergudangan.
"Dengan mulai menguatnya komoditas perbaikan ekonomi sehingga infra di listrik dan gas, di logistik, di pergudangan, di digital juga tinggi juga permintaannya. Tidak kalah tinggi juga permintaan di hilirisasi," sebutnya.
Menurutnya, sektor hilirisasi kedepannya merupakan sektor yang sangat potensial berdampak pada permintaan kredit. Pasalnya, pemerintah mulai menggalakkan pelarangan ekspor komoditas mentah. Komoditas-komoditas setidaknya telah melalui proses smelting.
"Tidak kalah tinggi juga permintaan di hilirisasi, downstream di komoditi ini akan pembangunan smelter akan semarak dan besar karena potensi pemerintah akan mulai banyak melarang mengekspor barang yang belum jadi," jelasnya.
Namun demikian, BNI tidak menutup kemungkinan untuk merevisi pertumbuhan kredit tahun ini. Manajemen akan melihat perkembangannya pada kuartal II-2022.
"Tapi kalau kuartal II kalau memang pertumbuhannya cukup tinggi ya baru nanti akan coba sesuaikan kalau memang dirasa perlu di pertengahan tahun. So far masih cukup lah dengan pertumbuhan sekarang ini," pungkasnya.